Mataram (Inside Lombok) – Pariwisata NTB yang diusung sebagai sektor unggulan diharapkan memberi multiplier effect, baik dari lapangan kerja, bisnis hingga investasi. Salah satunya seperti yang dikembangkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika saat ini.
Sayangnya, masih ada tantangan dari segi penyerapan tenaga kerja (naker) lokal yang perlu diperhatikan. Pasalnya, serapan itu terbilang masih terbatas. Padahal seharusnya serapan naker lokal lebih banyak dari naker luar daerah maupun luar negeri.
Sekretaris Mandalika Hotel Associations (MHA) Rata Wijaya dalam kondisi saat ini naker lokal lebih banyak dimanfaatkan pada lebih buruh, artinya yang tidak terlalu membutuhkan kompetensi keahlian. “Kalau tenaga kerja profesional lebih didominasi oleh tenaga kerja dari luar daerah bahkan luar negeri,” ungkapnya, Jumat (9/9).
Terbatasnya serapan naker lokal dikarenakan masih dinilai belum memenuhi kriteria dari segi pengalaman kerja. Selain itu lowongan kerja masih terbatas di entry level, sehingga pentingnya pelatihan untuk calon naker agar memiliki skill sesuai kebutuhan dunia industri dan mampu bersaing dengan tenaga kerja luar.
“Kami menyarankan harus ada kontrol kuat terhadap mekanisme rekrutmen, di mana memberikan peluang sebesar-besarnya kepada putra/putri daerah,” imbuhnya. Apalagi jika melihat ke depannya pariwisata di KEK Mandalika akan terus naik. Bahkan saat pandemi Covid-19 saja, hotel di Mandalika tumbuh sekitar 20 hotel dan semakin meningkat sejak event WSBK dan MotoGP Mandalika bulan Februari lalu. Melihat perkembangan itu, artinya kebutuhan untuk tenaga kerja juga sangat terbuka bagi tenaga kerja lokal, tentunya yang sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan.
Di sisi lain, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB, I Gede Putu Aryadi mengatakan jika melihat peluang kerja lokal saat ini dengan NTB mempunyai dua sektor unggulan, yaitu sektor pariwisata di Pulau Lombok dengan adanya kawasan DSP KEK Mandalika dan sektor pertambangan di Pulau Sumbawa.
Pengembangan kedua sektor ini akan menimbulkan industri turunan lainnya, termasuk transportasi, makanan, engineering, kesehatan dan lainnya. “Kita berharap perusahaan-perusahaan di lokasi tersebut mau memanfaatkan SDM lokal, sehingga adanya investasi dapat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya,” imbuhnya.
Tentunya ada beberapa aspek yang perlu dilakukan soal ketenagakerjaan agar tenaga kerja lokal bisa terserap. Pertama SDM yang kompeten sesuai kebutuhan industri. Kedua, agar SDM bisa terserap di pemerintah mendorong investasi yang bisa menciptakan peluang kerja. Ketiga menjamin hubungan industrial harmonis dan kondusif. (dpi)