25.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaMenengok Ritual Adat Gama di Bawah Kaki Gunung Rinjani

Menengok Ritual Adat Gama di Bawah Kaki Gunung Rinjani

Lombok Timur (Inside Lombok) – Pagelaran adat budaya “Be-Te-Tulaq” kembali memeriahkan event Pesona Budaya di Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Seremoni adat tersebut memiliki makna “tulak tipak siq skeq skeq-ang siq lueq, lueq-ang siq skeq” yang berarti dalam kehidupan sehar-hari apa yang diinginkan diperjuangkan sampai batas kemampuan maka hasil atas segala hajat dan ikhtiar tersebut dikembalikan pada zat yang maha satu, yakni Allah SWT.

Ketua Lembaga Adat Pengadangan, H. Asipudin mengatakan Betetulaq berasal dari kata dalam Bahasa Sasak yakni tulak yang berarti kembali. Tradisi ini sejak dulu ada di Desa Pengadangan, khususnya yang biasa dilakukan Suku Sasak setempat pasca datangnya wabah penyakit atau bencana alam.

“Jadi melalui Betetulaq ini kita kembalikan semuanya kepada yang Maha Esa,” katanya di lokasi acara, Rabu (19/10).

Tidak kurang dari 5 ribu dulang atau nampan berisi makanan dibawa oleh masyarakat dalam tradisi Betetulaq yang menyimbolkan bahwa Pesona Budaya Pengadangan telah berjalan sebanyak 5 kali, di mana ribuan masyarakat tersebut datang dengan membawa dulang dari empat penjuru mata angin yakni timur, barat, utara, dan selatan. Nantinya keempat iring-iringan itu akan berpapasan di titik kumpul.

“Para pembawa dulang akan bertemu di titik pertemuan dari empat penjuru, itu menyimbolkan bahwa bertemunya matahari sebagai sumber panas yang terbit dari timur, belabur yang datang dari utara, kemudian angin datang dari barat, dan air laut yang datang dari selatan,” jelas Asipudin.

Setelah arak-arakan 5 ribu dulang, selanjutnya di tengah titik kumpul para tokoh adat dan tokoh agama melakukan pertemuan. Pertemuan antara tokoh agama dan tokoh adat adalah simbol dari penyatuan antara adat dan agama yang terbingkai dalam satu kata yakni, Adat Gama.

“Pertemuan ini menyimbolkan bahwa manusia diatur oleh 3 hukum yakni hukum adat, agama, dan negara,” katanya.

Pertemuan antara tokoh adat dan agama tersebut untuk melaksanakan zikir dan doa bersama untuk mengembalikan seluruh hidup kepada sang pencipta. Setelah itu dulang yang dibawa oleh masyarakat akan dimakan bersama dengan sanak keluarga di tempat prosesi dan tidak boleh ada makanan yang tersisa sedikitpun ketika dibawa pulang.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Lotim, Iswan Rakhmadi mengatakan bahwa parade 5 ribu dulang pada Pesona Budaya Pengadangan tersebut sangat baik sekali untuk destinasi, dikarenakan setiap gelarannya mempunyai sisi menarik yang membuat orang semakin penasaran.

“Event ini mempunyai daya tarik tersendiri dalam pengembangan destinasi wisata kita,” ungkapnya.

Event Pesona Budaya tersebut menjadi salah satu event budaya andalan Lotim dan Dispar Lotim sendiri telah mengusulkan event tersebut untuk masuk ke dalam jajaran event provinsi maupun nasional.

“Ini menjadi salah satu event andalan Lombok Timur,” pungkasnya. (den)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer