Lombok Barat (Inside Lombok) – Pluvia, grup band yang beranggotakan para pelajar di SMAN 1 Gerung ciptakan lagu karena terinspirasi dari para pasukan tukang sapu jalanan yang ada di Lombok Barat. Lagu itu pun berhasil mengantarkan grup band ini meraih posisi runner up terbaik dalam ajang Musik Creative Competition se-Pulau Lombok dengan tajuk ‘Youth Trash Agent of Change’.
Rasa bangga pun dari wajah lugu para personil Pluvia, yang tidak menyangka bisa menjadi runner up. Band ini digawangi Desak Kayan Merista Ayu Purnama Dewi (Merista) pada vokal, I Gede Yogi Dharma Wyasa (Yogi) pada gitar, I Gede Octa Wibisana Pratama Putra (Octa) pada bass, I Putu Padmadinata (Putu Padma) pada drum, serta Moh. Saqif Dendi Al Fayyed (Dendi) pada keyboard dan juga gitar.
Untuk tampil dalam kompetisi itu pun Pluvia hanya memiliki waktu tiga hari untuk memaksimalkan penampilan mereka.“Kami memaksimalkan persiapan untuk tampil di ajang itu hanya tiga hari. Bersyukur, kami bisa tampil maksimal dan berhasil menjadi juara walaupun masih di posisi kedua,” ujar Octa, sang bassist.
Ditemui di sekolahnya, wajah riang tampak terpancar dari lima siswa tersebut. “Sangat senang, bangga jadi juara,” kata Merista menambahkan.
Sementara itu, Muhammad Khaliq Iqbal Raub Soemima selaku guru pembina grup band ini mengakui bahwa persiapan mereka untuk mengikuti kompetisi tersebut memang sangat singkat. “Begitu ada info lomba kreatifitas musik, saya mulai bicara ke anak-anak,” ungkapnya.
Dengan waktu yang singkat, mereka pun mencari inspirasi untuk mulai menciptakan lagu. Iqbal menuturkan bahwa dia mengajak kelima anak didiknya itu jalan-jalan ke beberapa tempat. Berawal dari jalan-jalan inilah, mereka berhasil menciptakan single perdana mereka.
“Saya sampaikan, soal lagu gampang, nanti kita jalan-jalan. Kita langsung terjun menciptakan karya,” kata pria kelahiran 16 Desember 1996 itu.
Dikatakannya, dalam kompetisi musik tersebut mengambil tema tentang lingkungan hidup. Di mana saat jalan-jalan, mereka melihat ada tukang sapu jalan bekerja sangat giat, sehingga mereka terinspirasi untuk menjadikannya sebuah lagu.
“Maka lahirlah single lagu berjudul Sapu Tua, dan lagu itu pula yang membawa mereka meraih juara kedua,” tutur Iqbal.
Lagu tersebut menggambarkan besarnya jasa tukang sapu. Para petugas kebersihan itu merupakan pahlawan sampah yang memiliki jasa besar untuk menjaga kebersihan lingkungan. Single itulah yang menjadikan Pluvia Band sebagai terbaik kedua di ajang musik kreatif se-Pulau Lombok tersebut.
Di samping lagu Sapu Tua, Pluvia Band juga punya satu single lagi, yang berjudul “Berajah”. Lirik lagu berbahasa Sasak ini menyiratkan pesan tentang pentingnya terus belajar.
Iqbal mengatakan, semua lagu Pluvia merupakan karya sendiri. Termasuk lagu-lagu lain yang akan diciptakan di kemudian hari. Pantang bagi grup ini membawakan lagu ciptaan orang lain. “Tidak mau pakai lagu orang lain, karena karya sendiri lebih mahal,” tutupnya.
Untuk dukungan orang tua sendiri, rata-rata mereka mengaku mendapat dukungan penuh. “Orang tua sangat mendukung. Alat musik gitar pun kami diupayakan,” ujar Yogi yang memang mendapat turunan bakat musik dari orang tuanya.
Ke depan, anak-anak Pluvia ingin terus berkreativitas. Saat ini mereka tengah semangat untuk melahirkan beberapa single lainnya. (yud)