Mataram (Inside Lombok) – Membangkitkan pariwisata di NTB membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten untuk bisa mempromosikannya. Meskipun beberapa destinasi wisata di NTB menjadi pusat kunjungan wisatawan seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Yusron Hadi, mengatakan Pemda bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparakraf) menggelar pelatihan pemasaran digital sub sektor unggulan. Kegiatan tersebut difokuskan untuk SDM Dinas Pariwisata yang ada di 10 kabupaten/kota.
”Pelatihan ini untuk menyongsong pariwisata NTB agar bisa lebih cepat bangkit,” katanya.
Yusron mengatakan, sebelumnya pariwisata di Provinsi NTB terkenal melalui destinasi di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat. Akan tetapi saat ini KEK Mandalika mulai menjadi pusat kunjungan wisatawan karena adanya sirkuit dan sejumlah event balap skala internasional digelar secara rutin. ”Sekarang sport tourism sebagai ikonnya,” ujar Yusron.
Pemerintah maupun pelaku usaha jasa pariwisata sambung Yusron, sudah seharusnya mengubah orientasi sasaran wisatawan. Dari lokal dan domestik menjadi mancanegara. Sehingga hotel-hotel serta pramuwisata di Pulau Lombok dan Sumbawa dituntut untuk menyesuaikan dengan memiliki kualitas pelayanan kelas internasional.
”Begitu juga dengan pemerintah melalui ASN-nya, tidak kalah penting harus bervisi pariwisata internasional,” imbuhnya.
Meski sudah banyak destinasi wisata yang dikenal skala internasional, masih ada beberapa destinasi yang membutuhkan perhatian pemerintah. Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator harus mengikuti ritme perubahan pariwisata. Kondisi ini, menuntut ASN di seluruh kabupaten/kota di NTB agar memiliki kapasitas dan kapabilitas. Selain itu, gambaran wawasan pariwisata dengan standar internasional.
”Jangan industri pariwisatanya maju, tapi ASN-nya tertinggal. Kalau ASN yang berada di depan saja tidak update kemampuan, kapabilitasnya, bagaimana dengan yang di belakangnya,” tutur Yusron.
Dengan tuntutan tersebut, Dispar Provinsi NTB berkolaborasi dengan Kemenparekraf RI. Salah satu yang dipelajari dalam pelatihan tersebut terkait dengan cara untuk membranding. ”Bagaimana bisa mempromosikan destinasi atau produk ekraf, kalau tidak punya branding, mengemas citra dengan baik,” ujarnya.
Menurutnya, setiap kabupaten/kota memiliki ikon pariwisata, mulai dari destinasi, produk ekraf, hingga kulinernya. Untuk meningkatkan kunjungan dimasing-masing destinasi, branding sangat dibutuhkan. ”Kalau branding tidak terbentuk, bagaimana mau dikenal. Kalau tidak dikenal, orang sudah pasti tidak mau datang,” kata Yusron.
Pariwisata yang merupakan bisnis hospitality, harus diimbangi dengan branding yang memunculkan rasa aman dan nyaman bagi wisata. Menunjukkan soal keramahtamahan masyarakat NTB saat menerima wisatawan.
”Setelah sudah baik konsep brandingnya, manfaatkan dunia digital. Maksimalkan pemasaran digitalnya. Itu yang dikembangkan,” imbau Yusron. (azm)