Mataram (Inside Lombok) – Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) NTB menyebutkan faktor hulu dan hilir perlu ditingkatkan untuk menekan anjloknya harga jual rumput laut, terutama di tingkat petani. Pasalnya, sulit meningkatkan budidaya tanpa adanya nilai jual dan pasar yang tinggi.
Saat ini harga jual rumput laut di tingkat petani turun jadi Rp200 ribu per kwintal, dari sebelumnya Rp250 ribu per kwintal. Penyebab utamanya diduga lantaran naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Penurunan harga tersebut banyak dikeluhkan oleh para petani, seperti di wilayah Lombok Timur.
“Masing-masing daerah itu kan memiliki model pengembangan budidaya yang berbeda, produksi dan panen. Dari sisi waktu, cuaca, proses berbeda, tidak semua harganya rendah ada juga yang tinggi,” ujar Kepala Dislutkan NTB, Muslim, Jumat (11/11).
Dikatakan, harga rumput laut menjadi rendah karena tidak ada pemasok kebutuhan industri atau pasar. Hal ini jadi salah satu kelemahan bentuk keberpihakan terhadap usaha budidaya oleh masyarakat itu sendiri.
Selain itu, klasifikasi pembudidaya yang memang selama ini dibiayai oleh pelaku usaha. Sehingga bisa disadari nilai pasar nasional maupun internasional komoditi rumput laut mengalami kenaikan atau penurunan.
“Sedangkan masyarakat pembudidaya tidak masuk di kelas itu (dibiayai oleh pelaku usaha, Red. Di sinilah saya sampaikan kita berharap Bank Indonesia dan Dinas Perdagangan menjalin komunikasi dengan pelaku usaha itu, kan mereka jadi offtaker,” jelasnya
Menurutnya dari sisi hilir penanganan pasca panen juga perlu jadi perhatian. Contohnya, seperti kasus harga menurun karena kondisi pasar global atau kualitas rumput lautnya yang rendah. Sehingga yang bisa menilai tingkat kelayakan pasar dan komoditas adalah sertifikasi perdagangan.
“Pengendalian dan pembinaan di sektor hulu-hilirnya harus satu paket. Faktor hulu itu kan menggairahkan, membangkitkan semangat untuk budidaya. Memfasilitasi percepatan perluasan budidaya, tapi kalau berbicara standar dan kualitas itu masuk pada hilirnya,” terangnya.
Untuk itu diharapkan pola jalinan komunikasi antara Dinas Perdagangan dengan pembeli atau para investor yang berminat pada rumput laut agar bisa diperhatikan. Terutama pada segi kualitas rumput laut.
“Jadi tau mana yang dibutuhkan. Inilah yang perlu disampaikan ke bawah, sehingga masyarakat yang membudidayakan rumput laut paling tidak spesifikasi yang diminta pasar itu mereka produksi tidak tau jauh dari situ,” imbuhnya. (dpi)