Mataram (Inside Lombok) – Sebanyak Rp1,64 Triliun uang tunai disiapkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB guna memenuhi kebutuhan uang tunai hingga akhir tahun 2022. Mengingat, biasanya kebutuhan akan uang tunai mengalami peningkatan jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Kami di BI NTB menyiapkan uang tunai sebesar Rp1,64 triliun, jumlahnya meningkat 18,98 persen (yoy) dari tahun sebelumnya. Ini mencukupi kebutuhan uang tunai pada Desember, jelang Nataru 2022,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw) BI NTB, Heru Saptaji, Kamis (15/12).
Heru mengatakan, dalam upaya memastikan kebutuhan uang Rupiah tersedia dalam jumlah cukup dan kualitas layak edar, BI NTB bersama perbankan dan Perusahaan Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR) siap menjaga ketersediaan uang. Antara lain di mesin tarik uang seperti anjungan tunai mandiri (ATM), serta mesin setor tarik (Cash Recycling Machine) di NTB.
“Sampai November outflow uang tunai di NTB tercatat sebesar Rp8,61 triliun meningkat 28,31 persen (yoy). Peningkatan terjadi pada uang pecahan besar sebesar 28,29 persen (yoy) dan uang pecahan kecil meningkat 28,63 persen (yoy),” terangnya.
Penyediaan uang tunai tersebut dilakukan seiring momentum pertumbuhan ekonomi terus berlanjut. Serta untuk mengantisipasi peningkatan transaksi masyarakat sejalan dengan kondisi pandemi yang semakin terkendali. BI NTB memperkirakan perekonomian NTB pada 2022 akan tumbuh pada kisaran 6,4 – 7,2 persen.
“Seiring pemulihan ekonomi, kebutuhan uang tunai pada desember 2022 diproyeksikan mencapai Rp1,01 triliun, meningkat 20,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” terangnya.
Sejalan dengan momentum perbaikan ekonomi yang terus berlanjut, perkembangan sistem pembayaran non-tunai juga mencatatkan perkembangan yang positif. Pada triwulan IV 2022 menunjukkan bahwa transaksi non-tunai, baik melalui RTGS dan Kliring secara total mencapai 49.600 transaksi dengan nominal transaksi sebesar Rp8,37 triliun.
Begitu juga perkembangan dari transaksi menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik di mana masing-masing meningkat sebesar 12,44 persen dan 46,68 persen. “Seiring mobilitas masyarakat meningkat dan aktivitas pemulihan ekonomi terus berlangsung baik. Kita mendorong masyarakat untuk menggunakan transaksi non-tunai, melalui instrumen pembayaran menggunakan QRIS,” jelasnya. (dpi)