Mataram (Inside Lombok) – Usaha budidaya madu trigona milik M. Najib, warga Kelurahan Pejeruk Ampenan semakin berkembang. Belajar budidaya secara otodidak, kini pria itu sudah memiliki sekitar 400 kotak sarang lebah trigona yang sudah dipasarkan hingga ke luar NTB.
Inisiatifnya membudidaya lebah trigona bahkan membuat M. Najib berjasa membina masyarakat setempat untuk bisa melakukan budidaya madu tersebut. Ia mengatakan usaha tersebut sudah digeluti sejak 0 tahun silam. Bermulai dari 20 kotak lebah trigona yang dibudidaya, saat ini berkembang menjadi 400 kotak.
“Hasilnya panen per delapan bulan itu per kota itu 500 mililiter (ml). Kita sudah punya mitra seperti Polda kebanyakan ke sini. Kalau memesan di sini harus nginden minimal tiga hari,” katanya, Selasa (10/1) pagi.
Ia mengatakan, dari delapan lingkungan yang ada di Kelurahan Pejeruk, rata-rata sudah ada masyarakat yang ikut budidaya lebah trigona. Harga madu yang dihasilkan pun berkisar Rp250 ribu per 500 ml. “Satu box (kotak, Red) ini isinya 250 ml jadi kalau panen 2 box jadi 500 ml,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, perbedaan madu trigona dengan madu yang lain terletak pada rasanya. Di mana, madu trigona lebih didominasi oleh rasa asam. “Ini kandungan vitamin C sangat tinggi sekali. Kalau madu yang lain lebih manis dia,” paparnya.
Sementara manfaat mengkonsumsi madu trigona ini sambungnya cukup banyak. Salah satunya sebagai antioksidan, di mana madu trigona juga cukup efektif untuk mengobati penyakit tipes. “Ini cepat sekali kalau untuk tipes,” kata M. Najib.
Jika ada masyarakat yang ingin budidaya madu trigona, M. Najib akan langsung memberikan pembinaan. “Satu box ini kita jual Rp300 ribu,” terangnya.
Menurutnya, budidaya madu trigona ini cukup mudah. Karena lebah trigona akan pergi mencari pakan sendiri. Nantinya ketika sore hari akan kembali lagi ke kandangnya masing-masing.
Meski terbilang mudah, budidaya ini juga harus punya ilmu, terutama pada saat panen. “Saat panen ini harus hati-hati. Karena kalau tidak tahu ilmunya itu nanti akan bisa rusak dan rugi. Saya juga sudah rugi,” tuturnya.
Sementara itu, Lurah Pejeruk, Lalu Bagus Afriady mengatakan untuk membantu memasarkan produk masyarakat pihaknya akan menguruskan izin dari instansi terkait. Dengan demikian, madu yang diproduksi memiliki izin dan merek sehingga bisa dikenal oleh masyarakat luas.
“Nanti kita buat merek misalnya “Putri” Pejeruk Trigona. Ini sudah ada embrionya,” katanya. Ia mengharapkan, untuk mengembangkan usaha masyarakat ini butuh sentuhan anggaran.
Bagus menyebut anggota DPRD Kota Mataram juga bisa ikut membantu melalui pokir-pokirnya. Karena budidaya madu trigona juga bisa memanfaatkan pekarangan rumah.
“Kita akan kembangkan tahun ini. Karena sudah ada di setiap lingkungan. Pekarangan rumah disini rata-rata sempit tapi bisa dimanfaatkan dengan baik,” ungkapnya. (azm)