Lombok Tengah (Inside Lombo) – Papuq Kepak, warga Dusun Bat Peken Timuk, Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah (Loteng) tinggal di rumah sederhana dan seadanya. Untuk bertahan hidup, di usianya yang sudah 75 tahun ia setiap hari harus membuat sapu lidi untuk dijual.
“Saya sudah lupa sudah berapa tahun tinggal di tempat ini, pokoknya sudah lama sekali,” katanya saat ditemui Inside Lombok, Rabu (25/1/2023) di kediamannya.
Rumah Papuk Kepak berukuran kurang lebih 4×3 meter, di bangun dari anyaman bambu lusuh. Ada beberapa bagian yang berlubang di rumah yang dibagi menjadi dua ruang itu, yaitu bagian dapur dan bagian teras.
Setelah suami dan anak semata wayangnya meninggal dunia puluhan tahun silam, Papuk Kepak tinggal seorang diri di rumahnya. Dengan tempat tidur seadanya dengan beralaskan sebuah karpet plastik warna merah dan selembar tikar dengan bahan daun pandan dan tirai jaring berwarna biru untuk menghalau gigitan nyamuk.
“Saya tinggal sendiri, suami saya sudah meninggal dulu, lupa saya sudah berapa tahun. Anak saya meninggal juga sudah lama,” ungkapnya.
Meski Papuk Kepak terbilang sudah lansia, sehari-hari ia masih memiliki semangat untuk mencari pundi-pundi rezeki, meski tidak seberapa dengan membuat sapu lidi. Sapu lidi itu pun ia titipkan untuk dijualkan oleh tetangganya.
“Pokoknya ada yang saya kerjakan, kalau harganya tidak tahu berapa,” ujarnya singkat. Papuk Kepak menuturkan, kenapa ia diberi nama kepak oleh orang tuanya lantaran waktu kecil sempat sakit kaki sehingga sampai sudah berumur 75 ia masih dipanggil kepak. Kepak sendiri dalam Bahasa Sasak berarti pincang.
Sehari-hari Papuk Kepak lebih memilih tidur di teras rumahnya, karena ia bisa melihat sekitarnya lebih luas dan lebih mudah jika ia pergi menuju ke musala yang tidak jauh dari rumahnya.
Salah seorang tetangga Papuk Kepak, Edot mengaku Papuk Kepak adalah sosok yang rajin meski terbilang telah lanjut usia. “kalau sehat beliau nyapu di halaman dan kadang kalau papuk merasa sehat,pergi membersihkan musala,” ujarnya bercerita.
Lebih lanjut, Laki-laki yang merupakan anak dari saudara Papuk Kepak itu juga menceritakan, Papuk Kepak kadang masih bisa masak sendiri karena dia punya dapur sendiri.
“Kalau dia sehat dia masak sendiri, sekarang Papuk lagi kurang sehat jadi kami yang masakkan di sini,” tuturnya. (fhr)