Mataram (Inside Lombok) – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi NTB Januari 2023 ini mencapai 386 kasus dan 12 orang meninggal. Kabupaten/kota terbanyak kasus DBD di NTB yaitu di Kota Bima sebanyak 87 kasus.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Zoonosis pada Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. Zainul Arifin, M.P.H mengatakan kasus DBD di NTB pada bulan Januari 2023 ini diprediksi akan bertambah. Pasalnya sebanyak dua daerah belum melaporkan kasus yang terjadi seperti Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa.
“Kalau di tahun ini bulan Januari ini saja kita sudah ada kasus 386 kasus. Ini Januari belum selesai dan itu saya ngomong (sebut data, Red) yang terlapor ya. Karena Lombok Timur dan Sumbawa belum terlapor,” katanya, Senin (30/1) pagi.
Ia mengatakan, selain Kota Bima jumlah kasus DBD yang cukup tinggi di awal tahun ini yaitu Kabupaten Bima sebanyak 75 kasus. Sementara untuk daerah lain seperti Kota Mataram sebanyak 27 kasus, Lombok Barat sebanyak 47 kasus, Lombok Tengah 21 kasus, Lombok Utara kasus DBD sebanyak 54, Sumbawa Barat 39 kasus, dan Dompu 36 kasus.
“Kalau dibanding dengan jumlah penduduk, Bima dan Kota Bima ini sudah tinggi sekali. Tentunya perlu diberikan intervensi,” katanya.
Kasus DBD di dua daerah tersebut, sambung Zainul, sudah cukup serius sehingga harus dilakukan penanganan yang maksimal. Karena peningkatannya sudah mencapai 100 persen dari tahun 2022.
Dari hasil rapat koordinasi yang sudah dilakukan, pihak kabupaten/kota diminta untuk melakukan penanganan yang lebih masif. “Kabupaten/kota ini harus jadi garis depan. Kita yang di provinsi ini pembimbingan dan support logistic,” ungkapnya.
Jika dibandingkan dengan tahun 2022 lalu, kasus DBD di awal tahun ini cukup tinggi. Di mana, pada tahun 2022 lalu jumlah kasus DBD hingga akhir Desember yaitu sebanyak 3.191 kasus dan delapan orang meninggal. Kebutuhan logistik sudah didistribusikan kepada dua daerah yang mengalami lonjakan kasus DBD.
Sedangkan untuk puncak kasus DBD di NTB diprediksi terjadi pada Februari dan Maret mendatang. Selama tiga bulan ini, kasus tersebut diakui berpotensi akan mengalami peningkatan. Selanjutnya hingga akhir tahun 2023 mendatang akan mengalami penurunan. “Dari grafik ini puncaknya pada Februari dan Maret. Setelahnya itu kan ini turun kasusnya,” katanya. (azm)