Mataram (Inside Lombok) – Musim hujan yang terjadi di NTB, hal ini berdampak pada sejumlah penyakit yang mulai menyerang masyarakat. Antara lain seperti demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya yang terjadi merata di semua kabupaten dan kota.
“Penyakit chikungunya ini gejalanya sampai menimbulkan lumpuh. Tapi tiga hari saja sudah baik dia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. Lalu Hamzi Fikri, Jumat (3/2) di Mataram.
Kasus chikungunya di NTB hampir terjadi di 10 kabupaten/kota. Di mana, jumlah kasus yang suspek chikungunya tersebut pada bulan Januari 2023 yaitu sebanyak 396 kasus dan terbanyak di Kota Bima yaitu 154 kasus.
Dirincikan, kasus chikungunya di Kabupaten Bima sebanyak 17 kasus, Kabupaten Dompu ada dua kasus, Kabupaten Lombok Barat sebanyak 47 kasus, dan Kabupaten Lombok Tengah terdapat sebanyak 68 kasus.
Selain itu, di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 21 kasus, Kabupaten Sumbawa 83 kasus, dan Kota Mataram terdapat penyakit chikungunya sebanyak empat kasus. Jumlah kasus ini pada bulan Januari bisa saja terjadi penambahan pasalnya dua daerah belum melaporkan kasus yang terjadi.
“Jadi ada dua daerah yang belum lapor ni yaitu Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa Barat,” kata Fikri.
Sementara untuk gejala penyakit ini seperti nyeri sendi yang disertai dengan ruam dan bercak merah pada badan. Gejala tersebut dirasakan karena merupakan respon tubuh terhadap penyakit yang masuk. “Umumnya kayak lumpuh gitu di persendian dan nyeri otot gitu. Bisa juga memang kejang,” ujarnya.
Disebutkan, tahun 2022 lalu jumlah kasus chikungunya di Provinsi NTB sebanyak 1.675 kasus dan paling banyak terjadi di Kota Bima mencapai 539 pasien selama setahun.
Pasien yang terkena chikungunya disarankan untuk lebih banyak mengkonsumsi air putih. Pasalnya, penyakit tersebut menyebabkan banyak kehilangan cairan tubuh. “Biasanya pasien-pasien ini sering kering tenggorokan terus muntah,” ucapnya.
Pencegahan yang perlu dilakukan masyarakat yaitu pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sangat penting dilakukan. Intinya bagaimana penyakit ini bisa dicegah melalui faktor lingkungan,” terangnya.
Selain itu, beberapa tempat masih tetap menggunakan tirai atau penutup di tempat tidurnya. Langkah ini dilakukan untuk mencegah adanya masuk pada saat tidur. “Yang terpenting adalah pencegahan. Seperti di desa-desa itu biasanya pakai kelambu di tempat tidurnya,” kata Fikri.
Sementara untuk kasus DBD, di Bima dan Kota Bima menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB. Penanganan kasus DBD di dua daerah tersebut sudah masuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Di mana, kasus DBD pada bulan Januari 2023 di Kabupaten Bima sebanyak 75 kasus dan delapan orang meninggal. Selain itu di Kota Bima sebanyak 87 kasus dan empat orang meninggal. (azm)