Mataram (Inside Lombok) – Proses pembangunan hunian sementara (huntara) korban abrasi di Mapak Indah, Kecamatan Sekarbela mulai dilakukan. Saat ini sedang membuka akses jalan untuk mempermudah masuknya kendaraan yang akan membawa material.
“Persiapan untuk akses masuk kendaraan saya minta dipercepat pengurukkannya dulu,” kata Walikota Mataram, H. Mohan Roliskana.
Ia mengatakan, perencanaan bangunan saat ini sudah rampung seperti drainase, konstruksi dan lainnya. Namun ada sedikit penyesuaian dengan rencana sebelumnya. Hal ini karena disesuaikan dengan alokasi anggaran yang ada. “Tidak merubah bangunan utamanya saja,” katanya.
Jumlah kamar yang akan dibangun Pemkot Mataram yaitu sebanyak 30 unit. Dari jumlah ini yang akan digunakan oleh korban yaitu sebanyak 29 unit kamar dan satu unit lainnya akan digunakan sebagai musala dan tempat kegiatan sosial masyarakat yang lain.
Setiap progress pembangunan, Mohan meminta agar camat dan lurah aktif menginformasikan kepada korban yang akan menempati huntara tersebut. Sehingga masyarakat terutama para korban bisa mengetahuinya. “Biar mereka dapat gambarannya berkaitan kapan ini mulai bisa selesai dan kapan mereka bisa direlokasi,” ungkapnya.
Menurutnya, akses jalan ini sangat penting karena ada bangunan yang harus dirobohkan. Lahan yang akan digunakan untuk membangun huntara ini tidak memiliki akses jalan. “Ini saya minta dipercepat sekali lagi,” tegasnya.
Camat Sekarbela, Cahya Samudra mengatakan saat ini masyarakat korban abrasi masih menunggu untuk direlokasi. Karena sebagian korban masih tinggal di rumah keluarga terutama yang rumahnya rusak parah. Sedangkan yang lain sudah kembali ke rumahnya.
“Kalau yang pada baris kedua sudah balik. Yang rumahnya di baris pertama itu masih di rumah keluarga,” katanya.
Ia mengatakan, pemenuhan kebutuhan rumah bagi korban tetap akan diusahakan pemerintah dan saat ini sedang dalam proses pengerjaan. Bangunan rumah yang rusak parah akibat abrasi akhir tahun 2022 itu tidak dirobohkan. Pasalnya, keberadaan bangunan tersebut cukup membantu untuk menahan gelombang.
“Belum (dirobohkan, Red). Karena itu juga membantu untuk menahan gelombang. Jadi itu fungsi rumah yang rusak itu,” terangnya.
Sedangkan untuk pemasangan bronjong di kawasan tersebut, sambung Cahya, belum bisa dilanjutkan. Pasalnya gelombang laut masih tinggi sehingga menyulitkan petugas. “Kan masih gelombang dan alat berat belum bisa masuk,” ucapnya. (azm)