Lombok Timur (Inside Lombok) – Suku Sasak memiliki banyak sekali adat istiadat yang kini telah lekang oleh zaman, salah satunya yakni prosesi Mandiq Kemanten. Kendati, saat ini mulai jarang pengantin yang mau melakukan tradisi tersebut.
Salah satu Pemangku Adat Desa Aik Dewa, Suhirudin mengatakan Mandiq Penganten pada zaman dahulu hingga tahun 1990-an masih terus dilaksanakan dengan tujuan untuk membersihkan kedua mempelai dari sisi negatif yang ada di dalam tubuhnya.
“Prosesi-prosesi dalam Mandiq Kemanten ini semua bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga kedua mempelai sebelum menjalani kehidupan rumah tangga,” tuturnya pada Inside Lombok, Kamis (10/02).
Adapun prosesi Mandiq Kemanten dilakukan sesudah kedua mempelai menjalani pernikahan, di mana masyarakat mengarak pengantin dengan alunan gendang beleq yang didampingi oleh pemangku.
Masyarakat yang mengarak pun berjalan sambil membawa perlengkapan untuk Mandiq Penganten seperti jajak (alat tenun), alas, kembang, telur, dan ramuan khusus yang diletakkan di dalam wadah kuningan.
“Pengantin diarak menuju sungai untuk dimandikan,” katanya.
Setelah sampai di sungai, pengantin langsung dipersilahkan duduk di atas jajak yang telah diletakkan di pinggir sungai. Nantinya pemangku adat langsung membacakan syair kepada kedua mempelai sambil dimandikan.
Pada prosesi memandikan pengantin terlebih dahulu dilakukan penyembe’an, kemudian kepala pengantin dibaluri dengan ramuan khusus dengan tujuan untuk membersihkan pengantin dari segala bentuk kekotoran, baik kotor jasmani maupun rohani agar bersih dari dosa yang dilakukan pada saat ia masih lajang.
“Kita mandikan pengantin ini dengan niatan membersihkannya dari dosa khilaf yang mungkin pernah dilakukan pada saat masih lajang,” ungkapnya.
Setelah itu, lidah kedua mempelai dibersihkan dengan pisau yang bertujuan untuk membersihkan sekaligus mengingatkannya dari kesalahan yang pernah keluar dari mulutnya, baik itu salah ucap ataupun ucapan yang menyakiti hati antar pasangan maupun orang lain.
“Lidahnya juga kita bersihkan dengan niatan agar dosa dari ucapan bisa terampuni,” jelasnya.
Pemangku kemudian memberikan kemiri kepada kedua mempelai untuk dipecahkan menggunakan palu, serta memecahkan telur ke kepala pengantin dan terakhir dimandikan dengan air kembang yang telah didoakan.
“Kita mandikan pengantin setelah akad nikah dan sebelum menjalani kehidupan rumah tangga dengan niatan agar pengantin kembali suci dari dosa salah dan memohon ampunan kepada sang pencipta,” ceritanya.
Kini adat Mandiq Penganten tersebut kembali coba diangkat oleh pemuda Desa Aik Dewa melalui Lembaga Adat dan Gawe Desa untuk mengangkat kembali eksistensinya di Pulau Lombok. Hal itu dimaksudkan agar adat budaya dapat dikenal oleh para generasi bangsa dan tak hilang oleh zaman. (den)