Mataram (Inside Lombok) – Pada hari akhir pertandingan cabang olahraga (cabor) wushu untuk kategori sanda, terjadi kericuhan di venue pertandingan. Hal ini diduga lantaran hasil penjurian tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
Ketua Harian KONI Kota Bima, Sudirman DJ SH mengatakan pada babak pertama cabor wushu untuk kategori sanda 70 kg putra berjalan seperti biasa dan atlet asal Kota Mataram memenangkan pertandingan. Namun pada babak kedua, atlet asal Kota Mataram dinilai kalah oleh atlet asal Kota Bima.
“Babak kedua itu jadi bulan-bulanan atlet saya, diobok-obok hampir mau pinsang disana. Lalu pas pengumuman juri, naik bendera merah semua (atlet Kota Mataram, Red). Kan ada apa ini. Apakah disogok,” katanya, Selasa (21/2) siang.
Ia mengatakan, keikutsertaan para atlet asal Bima pada Porprov ini untuk menjari menuju Pra PON dan PON tahun 2028 mendatang. Meski terjadi keributan, pelaksanaan pengalungan medali untuk cabor wushu kategori sanda tetap berjalan dengan lancar.
“Saya mau coba protes tap ikan percuma. Buat apa protes, sudah diatur dan ini sudah kebaca juga dan tidak ada langkah lagi,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu wasit cabor wushu, Gusmanul Hadi mengatakan hasil penjurian sudah sesuai dengan perolehan para atlet seperti tehnik-tehnik yang diterapkan kepada lawan. Juri mengangkat bendera merah sebagai tanda kemenangan sudah sesuai dengan point-point yang diraih oleh para atlet.
“Ada point yang kita pegang. Disini pelatih harus jeli sehingga tahu mana yang kepotong nilainya dalam sanda dan mana yang masuk poinnya,” katanya.
Ia menegaskan, wasit atau juri dalam pertandingan tidak memihak kesalah satu atlet. “Kita sudah bekerja sesuai aturan,” tutupnya. (azm)