Lombok Tengah (Inside Lombok) – Kisah pilu dialami oleh keluarga Riaje, warga Desa Batujai, Praya Barat, Lombok Tengah (Loteng). Ia mendapati kenyataan istrinya, Harni (23) terpaksa melahirkan di tengah jalan di Dusun Meyang, Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat. Tidak sampai di situ, Riaje dan Harni harus menerima kenyataan pahit bayi mereka meninggal lantaran lahir dalam kondisi prematur dan memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).
Riaje dan Harni sangat menantikan kehadiran buah hati mereka. Terlebih mereka memang belum memiliki momongan, lantaran Harni telah mengalami keguguran sebanyak tiga kali.
Sebelumnya, video Harni yang terpaksa melahirkan di tengah jalan viral di media sosial. Riaje pun menuturkan, putranya yang lahir pada Sabtu (18/2) kemarin sempat dirawat di salah satu klinik di Sekotong sebelum akhirnya diminta oleh pihak keluarga agar dirujuk ke RSUD Praya. Setelah dirawat di NICU RSUD Praya, pada Senin (20/2) sekitar pukul 15.35 Wita bayi Riaje dan Harni dinyatakan meninggal dunia.
Diceritakan Riaje, saat di Dusun Meyang akses menuju dusun tersebut tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat lantaran jalur yang putus karena hujan. Sebab itu istrinya terpaksa digotong menggunakan tandu dari sarung oleh warga setempat.
“Digotong pakai sarung, karena mobil dan motor tidak bisa masuk. Jalan putus karena hujan. Setelah digotong, anaknya (bayi dalam kandungan, Red) sudah mau keluar. Akhirnya diturunkan dari tandu, dan anaknya sudah keluar,” katanya, Selasa (21/2/2023) saat ditemui Inside Lombok di kediamannya.
Riaje menuturkan, dia bersama istrinya merantau ke wilayah Sekotong untuk bekerja sebagai buruh tani menanam jagung. Sejatinya, sudah ada mobil ambulans yang menunggu untuk membawa istrinya ke fasilitas kesehatan. Namun, ambulans tidak bisa masuk menjemput karena jalan rusak.
Jarak ambulans dengan lokasi jalan tempat istrinya melahirkan saat itu pun sekitar 100 meter. Namun kelahiran bayinya yang sudah tidak bisa ditunda lagi membuat persalinan terpaksa dilakukan di tengah jalan.
Setelah bayinya lahir di tengah jalan dusun tersebut, bidan desa disebut Riaje datang memeriksa dan kemudian membawa istri dan bayinya ke salah satu klinik di Sekotong untuk mendapat perawatan. Saat baru lahir, bayinya pun sempat mengalami sesak napas dan demam, hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Praya.
“Menginap sampai pagi di klinik, tapi harus dirujuk ke RSUD Praya karena kita yang minta. Mulanya mau dirujuk di RSUD Gerung. Dirawat di RSUD satu hari, petugas medis di RSUD (Praya) berupaya menangani bayi saya,” katanya.
Setelah segala yang terjadi, kini Riaje dan istrinya mengaku pasrah dan menerima kepergian sang buah hati yang sudah lama diharapkan kehadirannya. “Mau gimana lagi, Sudah tidak ada harapan lagi. Ini lahiran keempat. Bidan bilang bayinya susah napas. Saat lahir juga tidak mengeluarkan tangis,” lirih Riaje. (fhr)