Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat luas panen padi di NTB pada 2022 mencapai sekitar 270,09 ribu hektare. Dibandingkan dengan luas panen padi di 2021 sebesar 276,21 ribu hektare, maka terjadi penurunan sebanyak 6,12 ribu hektare atau 2,22 persen.
Kepala BPS NTB Wahyudin menyebut penurunan luas lahan ini disebabkan banyaknya alih fungsi lahan persawahan. “Itu ada penurunan dari month to month sebesar 6,12 hektar atau 2,22 persen. Penurunan ini akibat adanya konversi lahan dari lahan sawah berubah menjadi lahan perumahan tidak kita munafikan,” katanya, Rabu (1/3).
Berkurangnya luas lahan panen padi ini dilihat dari beberapa daerah sekitar pinggiran Kota Mataram, Lombok Barat hingga Lombok Tengah ada banyak lahan sawah NTB menjadi lokasi pembangunan. Hal ini juga salah satu faktor kenapa luas panen di NTB mengalami penurunan.
“Meskipun mengalami penurunan luas lahan panen padi kita, tapi dari sisi produksi kita tetap mengalami peningkatan,” ujarnya. Lantaran puncak panen padi pada 2022 terjadi pada Maret dengan luas panen mencapai 84,41 ribu hektare. Sedangkan puncak panen padi pada 2021 terjadi pada bulan April dengan luas panen mencapai 86,86 ribu hektare. Sementara luas panen padi pada Januari 2023 mencapai 6,45 ribu hektare, dan potensi panen sepanjang Februari hingga April 2023 diperkirakan seluas 164,35 ribu hektare.
“Jadi total luas panen padi pada Subround Januari−April 2023 diperkirakan mencapai 170,80 ribu hektare, atau mengalami kenaikan sekitar 4,48 ribu hektare, dibandingkan luas panen padi Januari−April 2022 sebesar 166,31 ribu hektare,” jelasnya.
Dari sisi produksi padi di NTB sepanjang Januari hingga Desember 2022 mencapai sekitar 1,45 juta ton GKG (Gabah Kering Giling), atau mengalami kenaikan sebanyak 33,39 ribu ton GKG (2,35 persen). Dibandingkan 2021 yang sebesar 1,42 juta ton GKG. Produksi padi tertinggi pada 2022 terjadi pada Maret, yaitu sebesar 467,69 ribu ton GKG sementara produksi terendah terjadi pada Januari, yaitu sekitar 27,41 ribu ton GKG.
“Peningkatan produksi padi yang cukup besar pada 2022 terjadi di beberapa wilayah potensi penghasil padi seperti Sumbawa, Lombok Tengah, dan Lombok Barat,” tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan keputusan menteri ATR/BPN di NTB luas baku lahan sawah sebesar 234.542 hektare. Di mana NTB masih masuk dalam urutan ke 10 secara nasional. Sementara luas panen padi di NTB 2022 sekitar 270,09 ribu hektar. Jika melihat indeks pertanamannya itu belum mencapai dua, karena luas baku lahan sawah NTB 234 ribuan hektar dan luas panen baru 270 ribuan hektar .
“Artinya masih banyak lahan sawah di NTB yang ditanami padi hanya satu kali, tetapi ada juga dua dan tiga kali. Ada program ip 400 tanam padinya 4 kali,” pungkasnya. (dpi)