Mataram (Inside Lombok) – Kasus ibu terpaksa melahirkan di tengah jalan menjadi atensi Pemerintah Provinsi NTB. Wakil Gubernur NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalillah bersama jajaran bahkan berkunjung ke Sekotong Lombok Barat, menelusuri kasus persalinan darurat di jalan yang dialami seorang ibu inisial HPS (22), setelah berkunjung ke rumah keluarganya di Desa Meang, Sekotong, Lombok Barat.
HPS diketahui terpaksa melakukan persalinan di tengah jalan lantaran keterlambatan dibawa ke fasilitas kesehatan sebab akses jalan yang rusak akibat banjir. Saat itu, mobil ambulans setempat tidak dapat menjangkau HPS karena jalan rusak, sehingga perempuan tersebut terpaksa ditandu berjalan kaki oleh warga menggunakan alat seadanya.
Kunjungan Wagub NTB bersama jajaran sendiri untuk menelusuri kasus tersebut dan memastikan kesiapan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan.
“Ini kaitannya dengan akses jalan. Kami cek, bagaimana ibu itu mengakses. Kita kunjungan ke lapangan lebih langsung lihatnya. Ya untuk memastikan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, Senin (6/4) siang.
Ia mengatakan, kunjungannya untuk menegaskan kepada para petugas agar pelayanan kepada ibu hamil terutama di daerah terpencil bisa tetap maksimal. Penekanan ini agar kasus ibu melahirkan di jalan tidak terulang kembali.
“Kami memastikan kesiapan petugas kita bagaimana mekanismenya ibu hamil ini terlayani dan tidak terulang kasus yang sama,” ujar dr. Fikri.
Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten memberi atensi terhadap kasus tersebut di tengah ikhtiar pemerintah dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kasus ini perlu atensi agar kasus serupa tidak terjadi, terutama dari aspek kesehatan.
“Mengenai kemudahan mengakses fasilitas kesehatan, atensi mengenai berbagai faktor risiko pada ibu hamil mulai dari fase sebelum hamil, masa kehamilan, melahirkan sampai pasca melahirkan, serta dari aspek di luar kesehatan yang masih berkaitan juga patut menjadi atensi bersama,” katanya.
Peristiwa seperti yang dialami HPS terjadi karena tiga faktor seperti terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, dan terlambat mendapat pertolongan di fasilitas pelayanan Kesehatan.
“Dinas Kesehatan menekankan pentingnya koordinasi dan dukungan dari semua pihak dalam melakukan upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui transformasi sistem kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan pendekatan 6 pilar,” ungkapnya.
Salah satu solusi efektif untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Dibutuhkan pula partisipasi serta kesadaran ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan.
“Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama masa kehamilan,” tutup Fikri. (azm)