Lombok Barat (Inside Lombok) – Banjir yang kerap kali menggenangi terowongan Bypass yang ada di wilayah Desa Bajur Terong Tawah, Labuapi, Lombok Barat sering dikeluhkan masyarakat setempat. Termasuk pengendara, hingga para pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan tersebut. Pasalnya, hingga kini banjir yang tidak hanya terjadi saat musim hujan itu tak kunjung ada solusi, sehingga penanganan jangka panjangnya dipertanyakan.
Pemerintah Kabupaten Lobar pun diminta lebih serius menangani persoalan tersebut. Terlebih, selain dinilai berbahaya bagi pengendara yang melintas, kondisi itu juga menghambat masyarakat yang selama ini banyak mengais rizki di area tersebut.
Genangan yang sering terjadi sejak 2015 silam itu disinyalir terjadi akibat buruknya saluran drainase yang dibuat oleh pelaksana proyek pembangunan jalan pada saat itu. Sehingga ketika debit air kali tinggi, tidak mampu ditampung oleh saluran.
Selain itu, penyebabnya juga diduga dipicu akibat tumpukan sampah dan maraknya pembangunan BTN di daerah itu. “Karena bukan sekali dua kali banjir di bypass ini, tetapi selalu berulang-ulang, ini jadi sorotan masyarakat, apakah persoalan ini dibiarkan tanpa solusi dari pemerintah?” ketus Ketua KNPI Lobar, Mursidin, Sabtu (25/03/2023).
Ia pun menilai beberapa pemicu banjir itu, juga akibat pembangunan saluran yang buruk dan tanpa perhitungan terkait ukuran gorong-gorong yang tak mampu menampung air sehingga meluber ke jalan. Bahkan, menurut dia, maraknya pembangunan BTN di kawasan itu juga diduga menutupi saluran, sehingga menyebabkan banjir.
“Tinggi elevasi proyek jalan itu dan gorong-gorongnya tak mampu menampung air,” imbuhnya. Mursidin mengungkapkan, dari hasil penelusuran pihaknya, saluran itu diketahui menjadi muara dari beberapa saluran yang dibuang melalui underpass di terowongan bypass tersebut. Sementara kapasitas saluran terowongan tak memadai untuk menampung air. Sehingga meluber dan menggenang ke jalan tiap kali hujan.
Dampaknya tidak saja membahayakan pengendara. Namun juga dirasakan oleh pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar lokasi terowongan. “Warga yang jualan di sekitar lokasi itu mengeluh, karena tak bisa jualan,” ungkap dia.
Seharusnya, kata dia, jalan yang menjadi jalur utama yang banyak dilalui saat ada event baik nasional maupun internasional seperti MotoGP dan WSBK itu bisa bersih dari kendala semacam ini. Namun nyatanya malah menjadi langganan banjir.
“Kami akan bersurat dan hearing menyuarakan persoalan ini supaya ditangani,” tegas dia. Sebab masyarakat yang ada di sekitar mendesak agar pihak-pihak terkait serius mengatasi masalah ini supaya bisa normal kembali.
“Agar jalur itu tidak banjir lagi, pengendara tidak terganggu, dan orang bisa berjualan di sekitar terowongan itu,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PUTR Lobar, Made Arthadana mengaku sudah beberapa kali menyampaikan persoalan ini ke Balai Jalan dan provinsi. Dan tindak lanjutnya telah beberapa kali dilakukan penanganan, namun belum maksimal. “Kami terus koordinasikan dengan provinsi dan balai jalan,” ujar Made belum lama ini. (yud)