Mataram (Inside Lombok) – Gabah petani di NTB banyak dikirim ke luar daerah, sehingga harga beras mengalami kenaikan harga. Tak hanya itu, beberapa tempat penggilingan juga tidak beroperasi. Untuk itu Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB mencanangkan adanya peraturan gubernur (pergub) yang mengatur hal itu, termasuk mencegah gabah dikirim ke luar NTB.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengupayakan untuk menahan dulu gabah petani dikirim ke luar NTB dengan menyusun pergub. Bahkan konsep peraturan daerah (perda) sudah ada di Dinas Ketahanan Pangan. Hanya saja masih ditahan dulu, karena masih ada kendala teknis.
“Pergubnya lebih cepat. Insyaallah minggu ini keluar. Kemarin kita sudah bahas pergub-nya dengan DKP, setelah itu baru kita naikkan ke perda untuk cadangan pangan,” ujar Nelly, Selasa (28/3).
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Balai Karantina. Namun dari pihak Balai Karantina belum ada kewajiban untuk pengawasan pengiriman gabah ke luar NTB. Sehingga yang tercatat baru beberapa yang memang mencatatkan dirinya.
“Ini juga regulasi yang kita perbaiki, jadi bagaimana supaya mereka wajib lapor. Dikarantina ada petugasnya, cuma setelah kami cek tidak banyak,” ungkapnya. Di sisi lain, diharapkan pada musim panen raya Februari 2023 lalu untuk stok cadangan pangan di Bulog bisa terpenuhi. Sayangnya, ternyata sampai hari ini stok cadangan Bulog belum terpenuhi, karena gabah petani NTB habis dikirim ke luar daerah.
“Kalau kita ada operasi pasar, nanti harus minta ke siapa kalau stok Bulog sedikit. Jadi kami berharap dengan pembatasan ini, kita penuhi dulu Bulog. Kalau Bulog sudah penuh, boleh dikirim ke luar,” imbuhnya.
Jika stok Bulog terpenuhi maka harga beras di NTB bisa stabil. Sehingga pasca panen gabah beberapa bulan ke depan, jika ada kenaikan maka dapat meminta ke Bulog untuk mengeluarkan stoknya lagi.
“Karena memang Bapanas sudah mengeluarkan HET-nya itu di bulan Maret. Sementara kita panen raya di Februari, itu yang membuat agak sedikit los, kenapa gabah kami keluar. Kami harapkan panen yang kedua ini bisa tahan agar tidak keluar,” jelasnya.
Kemudian dampak dikirim ke luar daerah gabah petani, industri penggilingan tidak beroperasi. Padahal tenaga kerja satu perusahaan penggilingan mencapai 300 orang. Artinya jika tidak beroperasi maka banyak tenaga kerja yang menganggur, akibat gabah dikirim keluar.
“Ini kenapa kemarin kami rapat untuk menahan gabah keluar, supaya mesin penggilingan kita jalan. Stok cadangan pangan kita terjaga di Bulog,” pungkasnya. (dpi)