Mataram (Inside Lombok) – Menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) pada bulan Ramadan ini berdampak pada volume sampah yang semakin meningkat. Peningkatan ini dinilai tidak menjadi persoalan dan dipastikan tidak menimbulkan TPS liar.
“Kalau kita lihat secara kasat mata memang ada. Tapi kalau secara jumlah kita tidak pernah menghitungnya,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, H. M. Kemal Islam, Selasa (4/4) pagi.
Ia mengatakan, meningkatnya volume sampah pada bulan Ramadan ini biasanya terjadi setiap tahun. Para PKL biasanya memadati sejumlah ruas jalan di Kota Mataram seperti jalan Majapahit, Airlangga, Udayana dan beberapa lokasi lainnya. “Ini tidak terlalu menjadi beban Dinas Lingkungan Hidup untuk menangani,” katanya lagi.
Peningkatan volume sampah pada bulan Ramadan ini diprediksi hanya 2 ton per hari. Pengangkutan oleh petugas masih dilakukan seperti biasanya. Bahkan, petugas melakukan penyisiran sampah setiap malam untuk menghindari adanya penumpukan.
“Jadi sampah yang ada dari sore hari pedagang musiman ini, itu tetap kita angkut karena jam delapan malam langsung melakukan pengangkutan,” ungkap Kemal.
Ia memastikan, peningkatan volume sampah ini tidak menimbulkan TPS liar. Selain karena pengangkutan yang maksimal dilakukan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram sudah melakukan sosialisasi terkait pembuangan sampah. “Kita sering melakukan sosialisasi terkait dengan mereka menempatkan sampah di pinggir jalan tapi sudah diwadahi,” katanya.
Selain itu, lanjut Kemal, para PKL yang berjualan dipungut biaya kebersihan sebesar Rp5 ribu per bulan. Besaran retribusi ini disebut masih rendah karena jika dikalkulasikan per hari sangat sedikit. Volume sampah saat ini di Kota Mataram yaitu mencapai 240-250 ton per hari. “Hanya Rp5 ribu per bulan dan ini dibagi ke 30 hari,” tegasnya. (azm)