Lombok Barat (Inside Lombok) – Memasuki malam ke-21 atau 10 malam terakhir Ramadan, ratusan masyarakat Dusun Dasan Tebu, Desa Ombe Baru, Kecamatan Kediri, berbondong-bondong menyalakan ‘dile siu’ atau dile jojor yang dibuat secara tradisional.
Salah seorang tokoh pemuda, Faizin Ayubi menuturkan bahwa tradisi yang telah turun temurun dilestarikan masyarakat setempat itu sebagai salah satu wujud untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Sekaligus untuk merayakan Nuzulul Qur’an.
Selain itu, tradisi ini juga untuk mengingat sanak saudara yang telah lebih dulu meninggal dunia. Di mana ‘dile siu’ dinyalakan secara bersama-sama di area pemakaman umum setempat.
“Makanya kami beserta warga di sini mengaplikasikannya dalam bentuk membakar ‘dile siu’ di kuburan. Selain itu juga untuk mengingat mereka yang sudah meninggal,” tutur Faizin saat ditemui di lokasi, Selasa (11/04/2023) malam.
Kata dia, tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun dan diwariskan oleh nenek moyang mereka, yang tetap dijaga hingga kini. Hangatnya kebersamaan mereka mendatangi pemakaman umum setempat dan ramai-ramai menyalakan ‘dile siu’ pun tidak hanya terpancar dari para orang tua yang ikut serta, tetapi juga para pemuda hingga anak-anak yang tak kalah antusiasnya.
“Selain itu juga supaya kita flashback ke zaman dahulu, karena waktu itu belum ada penerangan lampu. Makanya kita peringati juga. Kegiatan ini juga tidak kita lakukan di kuburan saja, tapi di sepanjang pinggir jalan,” jelasnya.
Sebelum pembakaran ‘dile siu’ ini dilakukan secara bersamaan. Masyarakat bersama para tokoh agama terlebih dahulu melaksanakan buka puasa bersama, yang kemudian dilanjutkan dengan zikir dan doa di masjid.
“Itu sebagai prosesi awalnya, tapi yang paling bagus itu adalah peringatan ‘dile siu’ ini juga untuk menjadi langkah awal untuk masyarakat melaksanakan fitrah-nya. Misalnya warga habis tarawih, nah malam ini juga awal orang-orang untuk pergi melaksanakan kegiatan penyaluran zakat fitrah ke warga yang membutuhkan,” pungkasnya. (yud)