Mataram (Inside Lombok) – Batik khas NTB yang diproduksi warga binaan Lapas Kelas IIA Mataram mulai banyak dilirik wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Pasalnya, batik tersebut punya motif yang berbeda dan terbilang premium.
Kepala Lapas Kelas II Mataram, Ketut Akbar Herry Achjar menerangkan batik merupakan seni yang diciptakan oleh leluhur, hingga akhirnya menjadi batik nasional. Untuk di NTB Sendiri baru sedikit yang memproduksi produk batik.
Peluang tersebut diambil oleh pihaknya untuk berperan di dunia pariwisata, terutama di Lombok. Khusus untuk produksi batik sendiri diakui sasaran pasarnya cukup bagus, yaitu tidak hanya dalam negeri, melainkan hingga ke luar negeri.
“Alhamdulillah kalau pasar ini, walaupun kita baru (produksi batik, Red). Kemarin ada wisatawan yang datang, dapat informasi di lapas buat batik mereka datang dan satu grup pesan 40 batik,” ujar Akbar, Selasa (2/5).
Tak tanggung-tanggung dari grup wisatawan asing tersebut memesan batik yang sudah dijahit menjadi pakaian. Batik Lombok yang diproduksi oleh warga binaan Lapas Kelas IIA Mataram ini merupakan batik pola. Meskipun tampilannya sederhana, tetapi merupakan batik premium dengan pewarnaan yang menarik.
“Pangsa pasarnya selain untuk wisatawan, untuk perkantoran juga. Kelompok usia muda pun bisa dipakai,” katanya. Akbar menegaskan, untuk produksi batik dengan motif premium bisa dilakukan dalam dua hari oleh para warga binaan. Sedangkan untuk harga berkisar di atas Rp700 ribu per potong yang masih menjadi kain.
“Untuk harga kita premium, karena kita batik tulis dan memang langsung dikerjakan. Kalau pasarnya kita diatas Rp700 ribu dan tergantung motifnya,” terangnya.
Melihat peluang dan adanya potensi dari para warga binaan Lapas Kelas IIA Mataram ini, yang kemudian diberdayakan agar ketika bebas nanti mereka bisa memproduksi sendiri ataupun direkrut untuk menjadi pembatik. Sehingga hal tersebut menjadi awal dari pihaknya ingin membuat batik yang diproduksi oleh warga binaan lapas.
“Apalagi kemampuan dari warga binaan ini ada yang melukis di luar dan membuat tato. Itu kami berdayakan warga binaan kami yang dia punya spesifikasi melukis dan bisa bikin tato,” bebernya.
Saat ini warga binaan yang membatik jumlahnya 20 orang, dan mereka sudah bisa menghasilkan berbagai macam motif. Bahkan mulai dilirik oleh pengusaha swasta bahkan wisatawan asal china juga sudah memesan batik hasil buatan warga binaan lapas.
“Kemarin sudah ada orang asing yang ada dengar kita punya batik, dia datang ke lapas akhirnya kita layani. Itu dari China,” ungkapnya.
Sementara itu, awalnya Lapas Kelas II Mataram hanya memberikan satu keterampilan yakni kerajinan cukli, dan sekarang membuat program unggulan membatik dengan diberi nama batik gembok (generasi membatik lombok) dengan memfokuskan motif dari NTB.
“Sekarang kita ada program unggulan yang kita beri nama dengan batik Gembok, berkat kerjasama dengan SMK 5 Mataram dengan tiga produk dengan berbagai macam motif khas NTB, karena batik ini muculnya di Lombok,” jelasnya. (dpi)