Mataram (Inside Lombok) – Kabupaten Bima sempat menjadi wilayah dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) tertinggi di NTB. Di mana jumlah konfirmasi positif mencapai 593 kasus dengan jumlah kematian 15 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan saat ini tren kasus DBD di Kabupaten Bima mulai menurun. Meski begitu, kabupaten tersebut sempat berstatus kejadian luar biasa (KLB) DBD pada Februari 2023 lalu.
Penentapan kasus KLB tersebut menjadi salah satu faktor turunnya kasus DBD, karena penanganan dan pencegahan menjadi lebih optimal setelah ada perhatian dari pemerintah pusat untuk ikut mengintervensi. “Dukungan masyarakat dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) serta pola hidup bersih juga mempengaruhi turunnya kasus DBD di Bima,” katanya, Rabu (3/5) siang.
Sebelumnya, Dikes NTB bersama Kemenkes RI telah melakukan pendampingan dan pembinaan secara langsung ke kabupaten/kota, termasuk Kabupaten Bima terkait pencegahan DBD. Dilakukan pula advokasi kepada Pemerintah Kabupaten Bima, termasuk memberikan dukungan logistik insektisida, larvasida dan alat diagnostik cepat DBD.
“Ini awal Desember 2022, pertengahan Januari 2023 dan Februari 2023, serta pembinaan berupa peningkatan kapasitas petugas puskesmas dalam tatalaksana kasus DBD,” ujarnya.
Selanjutnya diharapkan kasus DBD dapat terus mengalami penurunan, tentunya dengan dukungan semua pihak dan kerja sama masyarakat untuk terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Karena puncak kasus DBD pada awal tahun lalu dan saat ini kasus sudah mulai landai. Rata-rata kasus DBD paling banyak menyerang usia produktif. “Sudah ada penurunan setelah sempat terjadi kasus tertinggi,” terangnya.
Fikri menegaskan, belasan kasus kematian yang terjadi bisa diantisipasi dengan penanganan dengan lebih cepat. Pencegahan lebih cepat disebut bisa menekan jumlah kasus DBD yang akan terjadi.
”Jadi lebih kepada preventifnya kita lakukan lebih awal. Termasuk KLB ini melakukan preventif lebih cepat,” tegasnya.Ke depan untuk menekan angka kasus DBD yaitu dengan PSN lebih dimaksimalkan. “Selain itu, faskes juga harus siap saja,” terang Fikri. (azm)