Mataram (Inside Lombok) – Tawaran bekerja di bidang kesehatan di empat negara, yakni di Korea, Jepang, Taiwan dan Jerman dengan skema G to G atau kerja sama antar pemerintah dengan pemerintah, masih terbilang kurang peminat. Padahal dari segi gaji, cukup menggiurkan bagi mereka yang ingin bekerja di sana.
“Tren masyarakat NTB bekerja ke luar negeri tinggi setiap tahunnya, terutama tujuan Malaysia dan Timur Tengah. Sedangkan negara seperti Taiwan, Jepang, Korea, dan Jerman peluangnya terbuka. Hanya minat masyarakat bekerja ke negara-negara itu melalui skema G to G masih rendah,” ujar Ketua Tim Kelembagaan dan Pemasyarakat Program Kantor Badan Perlindungan Pekerja Migrant Indonesia (BP2MI) untuk Wilayah NTB, Made Setyaningrum, Rabu (3/5).
Diakui memang negara yang paling banyak jadi tujuan bekerja Malaysia. Padahal ada beberapa negara yang memang membuka peluang besar dan pendapatan yang besar. Sayangnya minatnya cukup rendah terutama melalui skema G to G dengan empat negara tujuan tersebut.
“Peluang kerja yang disediakan di negara-negara tersebut terbanyak untuk pekerja medis, terutama di Jerman dan Jepang. Peluang kerjanya di fasilitas-fasilitas kesehatan di sana, dan perawatan untuk orang-orang lanjut usia,” tuturnya.
Jika melihat dari program magang Jepang tahun 2022 lalu, hanya 250 orang orang yang mendaftar. Padahal permintaannya sebanyak-banyaknya, dari 250 orang pendaftar inipun, setelah dilakukan beberapa kali tahapan seleksi, yang berkompeten untuk dikirim hanya 8 orang.
“Ini kan peluang menjadi kesempatan bagi lulusan-lulusan perguruan tinggi yang ada di NTB,” ujarnya. Dijelaskan ada ribuan lulusan kesehatan di NTB ini setiap tahun. Di mana untuk bekerja di Jerman memang syaratnya harus S1 Keperawatan. Kemudian di Jepang bisa lulusan D3 Keperawatan. Hanya saja harus ada sertifikat kompetensi.
Kendati, tidak semua lulusan keperawatan di NTB bisa terserap langsung di daerah, di puskesmas, di rumah sakit. “Harusnya kejer peluang luar negeri ini, supaya bisa terserap,” imbuhnya.
Dikatakan, rendahnya minat tenaga kerja kesehatan ke luar negeri ini, salah satunya dipengaruhi kemampuan berbahasa asing dari calon-calon pekerja luar negeri ini. Namun, BP2MI sendiri sudah menyiapkan program pelatihan bahasa asing secara gratis. Bekerjasama dengan BLK di Aikmel, Lombok Timur.
“Dengan adanya program pelatihan bahasa asing ini, banyak yang tertarik dan memenuhi syarat untuk bekerja ke luar negeri. Tidak ada biaya pemberangkatan, semua ditanggung, terpenting memenuhi syarat. Gaji yang ditawarkan besar sekitar Rp45 juta per bulan untuk Jerman, dan kisaran Rp30 juta untuk Jepang,” jelasnya. (dpi)