Mataram (Inside Lombok) – Pembangunan kereta gantung rinjani belum juga bisa direalisasikan. Hal ini disebabkan karena analisis dampak lingkungan (amdal) serta rencana kerja selama 10 tahun ke depan belum selesai .
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Muhammad Rum mengatakan keterlambatan pengurusan amdal ini karena investor yang menggarap proyek itu masih berada di China. Rencananya tim investor akan kembali ke Indonesia pada 18 Mei mendatang.
“Kemarin memang bosnya banyak ke China sebelum Ramadan, dan mereka juga di sana banyak persiapan,” katanya, Kamis (4/5) pagi. Rum menegaskan, pengerjaan kereta gantung tersebut bukan hal yang kecil, sehingga membutuhkan persiapan yang matang.
Total investasi yang masuk dengan adanya proyek ini pun diakui mencapai Rp2,2 triliun. “Ini kan bukan pekerjaan sepele. Uang besar Rp2,2 triliun. Mereka (investor, Red) akan balik, saya sudah kontak,” ujarnya.
Setelah amdal rampung, lanjut Rum, pengerjaan kereta gantung rinjani akan segera dilakukan. “Setelah itu mereka akan langsung melakukan amdal dengan rencana kerja hingga 10 tahun ke depan. Ini baru bisa mereka bekerja. Kalau belum ada amdal, belum bisa mereka bekerja,” terangnya.
Soft groundbreaking yang sudah dilakukan pada Desember 2022 lalu pun diklaim menjadi langkah awal dan tanda proyek kereta gantung rinjani akan direalisasikan. Hal itu juga dilakukan agar masyarakat bisa mengetahui dan melakukan persiapan, terutama dari sisi SDM.
“Diumumkan bahwa ada proyek besar di tempat itu, supaya masyarakat dan UMKM itu bisa bersiap, menyesuaikan. Kira-kira di tahun 2025 kan sudah jadi (kereta gantung). Apa yang harus disiapkan dari sisi sumber daya manusia, UMKM. Itu harapannya,” kata Rum.
Menurutnya, untuk pengerjaan amdal sekitar tiga hingga empat bulan kedepan. Koordinasi dengan pihak investor tetap dilakukan untuk memastikan proyek tersebut tidak gagal. “Saya selalu kontak dengan investor. Kawal terus,” lanjutnya.
Untuk tahapan yang lain seperti feasibility study atau studi kelayakan serta detail engineering design (DED) sudah rampung. “Kalau FS dan DED itu sudah selesai. Tinggal tahapan amdal. Tanpa amdal mereka tidak mungkin bisa konstruksi. Amdal itu dari pusat izinnya, tapi kami akan kawal sampai Jakarta,” tutupnya. (azm)