Lombok Timur (Inside Lombok) – Penolakan untuk proyek pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) pantai selatan Lombok Timur (Lotim) terus disuarakan masyarakat. Pasalnya, di balik misi mulia proyek tersebut, rencana pengambilan pasokan air dari sumber air di Desa Kotaraja, Kecamatan Sikur justru dinilai akan berdampak pada berkurangnya debit air, terutama bagi masyarakat di Desa Kotaraja sekitarnya.
Perwakilan warga Desa Kotaraja, Muslihin menyampaikan langsung bahwa jika mengacu pada asumsi kerugian yang ditimbulkan, masyarakat mungkin tidak akan menolak program SPAM tersebut jika tidak banyak sumber air yang telah dimanfaatkan.
Proyek SPAM itu sendiri direncanakan mengambil sumber air dari mata air permukaan. Sedangkan sungai yang akan dijadikan sumber utama pengambilan proyek SPAM banyak dialiri dari mata air di wilayah hulu.
“Memang benar di daerah hulu terdapat banyak pohon yang menyimpan air. Namun karena pengaruh globalisasi (pemanasan global, Red) masyarakat hulu juga sangat kekurangan air saat ini,” terangnya kepada awak media, Kamis (26/05).
Dijabarkan Muslihi, pada kenyataannya sudah banyak air yang dialirkan lewat pipa ke wilayah selatan dari Desa Kotaraja. “Mungkin saat ini kami masih bisa menikmati segarnya dari sumber mata air, tapi bagaimana dengan anak cucu kami nantinya?” tanyanya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Lotim, M Juaini Taofik menjelaskan bahwa program SPAM itu sangat penting bagi masyarakat di bagian selatan Lotim, yang setiap tahunnya dilanda kekeringan.
“SPAM ini bukan untuk masyarakat selatan saja, melainkan peruntukannya untuk 39 desa di 6 kecamatan yang krisis air bersih,” ungkapnya. Persentase kecukupan air minum masyarakat di Lotim saat ini masih berada di angka 60 persen. Jika SPAM tersebut berjalan, maka persentasenya diproyeksikan meningkat ke angka 80-90 persen. “Setiap desa yang dilewati oleh pipa SPAM itu nantinya dapat dialiri air bersih,” pungkas Sekda. (den)