28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaSosokAipda Firman, Sosok Bhabinkamtibmas Desa Selat yang Kembangkan Desa Wisata dari Belakang...

Aipda Firman, Sosok Bhabinkamtibmas Desa Selat yang Kembangkan Desa Wisata dari Belakang Rumah

Mataram (Inside Lombok) – Sosok Aipda Firman Eka Jaya telah menjadi inspirasi di desa tempatnya mengabdi. Warga Desa Selat, Kecamatan Narmada, Lombok Barat (Lobar) itu berhasil menginisiasi budidaya anggur yang sekaligus menjadi tempat wisata di desa tersebut. Semua itu dimulai Aipda Firman dari belakang rumahnya.

Pembudidayaan anggur sendiri dipelajarinya secara otodidak, mulai dari pembibitan, pemupukkan, hingga menghasilkan buah yang lebat. Ia yang sehari-hari bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Desa Selat tekun juga belajar pertanian dengan memanfaatkan bahan belajar yang banyak beredar di internet.

Diakui Aipda Firman, dirinya tidak memiliki dasar pengetahuan dalam pertanian. Namun keinginannya untuk memajukan desanya membuat Aipda Firman memilih mengembangkan budidaya anggur hingga mengajak warga sekitar di Desa Selat. Sekarang, sudah ada berbagai jenis varietas anggur impor di lahan sempit miliknya yang sukses dibudidayakan.

“Otodidak semua. Tidak ada pendampingan, sama sekali tidak ada. Kita tidak pernah mendatangkan ahli untuk studi banding. Kita cuma melihat di kenyataan saja, akhirnya kita cari perawatan tanaman yang sama,” ujar Firman saat dijumpai di kebun anggurnya, Jumat (9/6).

Aipda Firman Eka Jaya. (Inside Lombok/Devi)

Bhabinkamtibmas yang Mendorong Masyarakat Tetap Produktif di Tengah Pandemi

Budidaya anggur ini diakui mulai dilakukan dirinya bersama warga sekitar di Desa Selat saat pandemi Covid-19 lalu, tepatnya awal 2020. Pasalnya, saat itu semua kegiatan masyarakat secara luas dibatasi, hingga muncullah ide membangun aktivitas produktif di lingkungan rumah sendiri.

“Awalnya dulu kami menanam waktu pandemi, karena aktivitas masyarakat dibatasi, dan supaya ada aktivitas di rumah. Jadi kita berinisiatif memanfaatkan pekarangan rumah,” tuturnya. Meski berawal dari usaha mengisi waktu agar tetap produktif selama pandemi berlangsung, kebun anggur di belakang rumah Aipda Firman itu telah mampu memberi tambahan pemasukan bagi warga sekitar Desa Selat yang juga terdampak pembatasan aktivitas selama pandemi.

“Alhamdulillah sampai sekarang berjalan terus apa yang kita harapkan. Anggur ini kami pilih karena dalam segi untuk hiasan rumah maupun ekonomi, menarik peminatnya juga,” ucapnya. Awalnya, pohon anggur yang ditanam Aipda Firman bersama warga sekitar rumahnya hanya berjumlah 6 batang. Namun seiring waktu, dengan progres positif yang ditunjukkan dari usahanya bersama warga itu, maka jumlahnya terus bertambah. Antara lain dengan memanfaatkan lahan warga sekitar Desa Selat.

“Awalnya dulu 7 orang yang kami bina, dan sekarang sudah ada kelompoknya. Kebetulan namanya Bhabin Grape, karena kami yang bina. Setelah terbentuk kelompok itu akhirnya kami coba koordinasi dengan desa. Alhamdulillah disupport 300 benih, dan itu kita kembangkan,” bebernya.

Ratusan bantuan bibit yang diterima itu pun telah berkembang dan menghasilkan buah. “Sekarang ini total kelompok yang aktif sekitar 12 kelompok, dengan 1 kelompok 3-5 orang. Tetapi tetap di bawah (nama) Bhabin Grape,” terangnya.

Beberapa jenis anggur yang ditanam di Bhabin Grape. (Inside Lombok/Devi)

Sisi Ekonomi Kebun Anggur

Beberapa jenis varietas anggur impor di lahan sempit milik Aipda Firman antara lain jenis anggur jupiter, trans, cotton candy, everest, akademik, julian, baikonur, dan lainnya. Dari semua jenis tersebut, paling banyak diminati jenis anggur jupiter, trans dan everest.

“Dari segi harga paling bagus julian dan trans bisa sampai Rp100 ribu per kilogram (kg) di tingkat petani. Kemudian yang paling laris itu jupiter. Meskipun buahnya kecil-kecil, itu sampai Rp85-90 ribu per kg,” katanya.

Diceritakan Aipda Firman, anggur jupiter yang bibitnya berasal dari Amerika Serikat memiliki buah kecil dan rasanya mirip permen karet. Hal itu yang membuat anggur jupiter banyak dicari pengunjung yang datang ke kebun wisata anggur di Desa Selat.

Dalam sekali panen, lanjut Aipda Firman, kebun anggurnya bisa menghasilkan sekitar 10 kg anggur jupiter. Di mana per kg dijual seharga Rp80 ribu. Anggur ini pun diakuinya jarang bisa ditemukan di pasaran maupun toko buah, sehingga menambah ciri khas buah anggur yang ada di wisata anggur miliknya. “Kalau per harinya, jika semuanya rata-rata berbuah bisa lebih sampai 10 kg, karena penampilan kecil kita jual dengan harga Rp85 ribu per kg,” ujarnya.

Buah anggur di halaman belakan rumah Aipda Firman Eka Jaya. (Inside Lombok/Devi)

Bhabin Grape Majukan Desa Selat

Kepala Desa Selat, Sabudi menerangkan apa yang dilakukan Aipda Firman dengan mengembangkan kebun anggur tersebut telah mendapat dukungan dari pihak desa. Mengingat langkah tersebut turut memberi kesempatan baru bagi Desa Selat.

Saat ini, Pemerintah Desa Selat diakuinya bermaksud mendorong masyarakat kreatif memanfaatkan pekarangan rumah maupun gang-gang di masing-masing dusun di Desa Selat untuk tujuan serupa, seperti yang dicontohkan Aipda Firman. Di mana dengan tujuan memperindah halaman rumah dengan tanaman buah-buahan, juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.

“Manfaat yg dirasakan oleh masyarakat sekitar bisa petik buah anggur sendiri, tidak perlu beli ke pasar, dan merasakan langsung dari pohonnya. Anggur impor bisa berbuah di pekarangan rumah mereka dan sisanya bisa menjadi tambahan penghasilan. Ke depannya (Desa Selat) bisa menjadi wisata Desa Anggur,” ungkapnya.

Dalam hal ini Pemerintah Desa juga tidak tinggal diam dengan niatan Aipda Firman yang telah menginisiasi wisata anggur di Desa Selat tersebut. Pihak desa pun disebut Sabudi telah berusaha membantu dengan memberikan bantuan bibit anggur kepada kelompok yang tergabung di Bhabin Grape.
“Kami dari pemerintah desa membelikan mereka bibit anggur yang kami anggarkan dari APBDes tahun 2020, hampir kurang lebih Rp15 juta dan tahun 2022 Rp10 juta,” jelasnya. Ke depan, wisata anggur di Desa Selat yang diinisiasi oleh Aipda Firman tersebut diharapkan bisa menjadi cikal-bakal baru pengembangan desa, khususnya berbasis ekonomi kemasyarakatan. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer