Mataram (Inside Lombok) – Jumlah pedagang hewan kurban di Kota Mataram diklaim tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Masih minimnya lapak penjualan hewan kurban diprediksi karena para pedagang masih melihat perkembangan harga.
“Masih belum ngumpul ini. Ada yang dalam satu lapak itu hanya beberapa ekor. Ada yang baru lapaknya saja yang ada,” ujar Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian Kota Mataram, Dijan Riyatmoko.
Ia mengatakan lokasi-lokasi yang biasa dijadikan sebagai lapak penjualan saat ini masih kosong. “Sejak seminggu yang lalu sudah bergerak ke lapangan. Informasinya belum maksimal pengepul hewan kurban yang masuk ke Kota Mataram,” katanya.
Tahun sebelumnya, lanjut Dijan, meski wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak lokasi penjualan hewan kurban di Kota Mataram sangat banyak. Berdasarkan hasil pemantauan yang sudah dilakukan, jumlah lapak yang ada saat ini hanya sekitar 20 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Penjualan itu kan 60-70 titik, kalau dilihat dari data-data tahun sebelumnya. Ini baru sekitar 10-15 titik yang sudah mulai membuka lapak,” ujarnya. Belum maksimalnya jumlah pedagang hewan kurban saat ini, maka petugas kesehatan belum turun untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
Sementara ini, para petugas hanya memberikan sosialisasi kepada para pedagang terkait penanganan yang dilakukan jika ada hewan kurban dalam keadaan sakit. “Jadi kalau sakit itu kan dilaporkan. Karena waktunya tinggal beberapa hari lagi. Kita fokusnya di pengepul atau pedagang,” ucapnya.
Setelah diperiksa, nantinya petugas akan mengeluarkan surat bahwa hewan kurban yang dijual sudah diperiksa dan dalam kondisi sehat. Hewan kurban yang dinyatakan sehat akan berikan stempel untuk menandakan sudah diperiksa atau belum. “Kita sudah sarankan yang sakit kita minta untuk dipisah dan akan kita pantau. Kalau dijual kita akan tegur,” ungkapnya.
Selain memeriksa hewan kurban, tim juga sudah mulai turun untuk memastikan jumlah tempat pemotongan. Untuk mempermudah petugas kesehatan yang akan memeriksa kondisi hewan kurban baik sebelum maupun yang sudah dipotong. “Jadi kita tanya masjid yang akan dijadikan tempat potong. Berapa ekor, meski belum ada tapi kita mulai inventaris,” terangnya. (azm)