27.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaEkonomiTak Dilirik Generasi Y-Z, Koperasi di NTB Sulit Eksis

Tak Dilirik Generasi Y-Z, Koperasi di NTB Sulit Eksis

Mataram (Inside Lombok) – Keberadaan koperasi di NTB mulai ditinggalkan oleh masyarakat di tengah perkembangan skema pembiayaan di era digital. Akibatnya, koperasi sulit eksis. Terlebih setelah tidak dilirik sebagai sumber pembiayaan oleh generasi milenial atau Y hingga generasi Z.

Kondisi itu diakui bertolak belakang dengan semangat generasi Y-Z yang cukup tinggi untuk berwirausaha. Namun, akses pembiayaan sendiri belakangan lebih mengarah ke perbankan, terutama yang berbasis digital.

Ketua Dewan Koperasi Nasional Wilayah (Dekopinwil) NTB, Bambang Permadi mengumpamakan jika generasi Y tidak lagi melirik koperasi sebagai sumber pembiayaan, generasi Z justru mungkin tidak lagi mengetahui apa itu dan bagaimana sistem koperasi. “Menurut saya ini tidak lepas dari kurang tersosialisasinya koperasi-koperasi yang masih sehat dan berkembang kepada mereka. Padahal di NTB menurut ada koperasi yang sudah mulai digerakkan oleh anak muda, seperti koperasi nelayan di Bima,” ujarnya, Selasa (11/7).

Selain itu, di tingkat nasional juga ada koperasi film yang anggotanya dari anak-anak muda NTB, kemudian koperasi eks pekerja migran Indonesia (PMI) di Lombok Timur yang beranggotakan 5 ribu orang. Termasuk koperasi pegawai yang masih aktif di sejumlah perusahaan untuk memberi manfaat bagi anggotanya.

“Kami akan melakukan sejumlah upaya untuk menggaet anak muda agar melirik koperasi, seperti sosialisasi ke perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, tapi kurang efektif karena kepengurusannya hanya satu tahun. Tidak bisa mengembangkan bisnis. Itu akan kami coba dorong,” terangnya.

Saat ini Dekopinwil NTB mencatat dari sekitar 4 ribu koperasi yang ada di NTB, hanya 40 persen yang aktif dan dinyatakan sehat. Parameter keaktifannya terlihat dari penyaluran pembiayaan maupun unit usaha yang tetap berjalan. Kemudian rutin melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Sedangkan 60 persen sebagian sudah vakum tidak melakukan RAT, usahanya tidak jalan hingga tingginya kredit yang macet.

“Koperasi semakin tertekan, karena skema pembiayaan semakin beragam, apalagi ada KUR bunga lebih rendah dari bunga pinjaman di koperasi bunganya bisa sampai 12 persen ke atas per tahun,” terangnya.

Selain itu, pihaknya juga merasa kurang dilibatkan dalam pengembangan UMKM di daerah padahal banyak anggota UMKM sebelumnya merupakan anggota koperasi. Namun karena ada program KUR banyak UMKM meninggalkan koperasi.

“Di usia koperasi yang ke-76 tahun ini, saat ini merupakan masa yang cukup berat bagi gerakan koperasi dalam pengembangan bisnisnya,” ucapnya. Beratnya pengembangan bisnis koperasi saat ini, pertama karena sistem perekonomian semakin kapitalis sehingga gerakan koperasi semakin dipinggirkan.

Gerakan koperasi juga dirugikan oleh oknum yang mengaku koperasi. Namun mengeruk keuntungan berlebihan dari masyarakat. “Itu jadi kendalanya koperasi sekarang, kami berharap koperasi bisa tetap eksis untuk kedepannya,” imbuhnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer