Lombok Tengah (Inside Lombok) – Lombok Tengah (Loteng) punya banyak aset yang terbengkalai dan tidak terkelola dengan baik. Meski berpotensi menjadi sumber pendapatan daerah, nyatanya kondisi aset tanpa pemanfaatan yang jelas itu seolah stagnan ketika berbenturan dengan hasil kajian appraisal yang dinilai tinggi. Pasalnya, hal itu membuat pihak ketiga kerap berpikir ulang jika hendak mengelola aset pemda itu agar lebih produktif.
Melihat kondisi itu, Bupati Loteng, Lalu Pathul Bahri mengaku memang sulit mengubah hasil kajian appraisal saat ini. Khususnya terkait dengan aset daerah yang saat ini belum dikelola maksimal seperti Aerotel.
Diterangkannya, hal itu terjadi karena hasil kajian appraisal ditentukan langsung oleh tim independen. “Susah kita akan ubah, karena ini tim independen langsung yang menentukan” katanya, belum lama ini.
Meski demikian, Pathul memastikan pihaknya akan terus berusaha mendiskusikan persoalan harga appraisal dengan pihak-pihak terkait. “Nanti akan kita diskusikan dengan tim appraisal, karena ini tidak bisa langsung diubah,” jelasnya.
Pathul menilai harga appraisal berbagai aset pemda saat ini sesungguhnya termasuk wajar, karena kondisi dan situasi ekonomi yang belum stabil pasca pandemi Covid-19. “Rp161 juta itu, saya rasa hal biasa karena ekonomi belum stabil pasca Covid-19,” terangnya. (fhr)
