26.5 C
Mataram
Rabu, 23 Oktober 2024
BerandaEkonomiWacana Sepeda Listrik Gantikan Cidomo di Tiga Gili, Sarpras Harus Mendukung

Wacana Sepeda Listrik Gantikan Cidomo di Tiga Gili, Sarpras Harus Mendukung

Lombok Utara (Inside Lombok) – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Utara (KLU) merencanakan penggantian transportasi cidomo (kereta kuda) dengan sepeda listrik dinilai perlu persiapan matang, terutama terkait sarana prasarana yang mendukung. Pasalnya, belum semua ruas jalan di Tiga Gili (Trawangan, Meno, Air) bisa dan nyaman dilalui sepeda listrik.

Sebelumnya Pemda KLU berencana mengganti cidomo dengan sepeda listrik lantaran tarif cidomo di destinasi wisata itu banyak dikeluhkan wisatawan karena dirasa mahal. Menanggapi hal itu, Ketua Gili Hotel Association (GHA), Lalu Kusnawan menerangkan dari sisi pengusaha melihat pengadaan sepeda listrik memang lebih praktis daripada cidomo, tapi infrastruktur di Tiga Gili belum mendukung.

“Saya yakin belum bisa diterapkan dalam waktu dekat (kendaraan listrik, Red). Intinya sarana dan prasarananya harus diperbaiki. Kaya lampu jalan dan lainnya,” ujar Kusnawan, Senin (31/7).

Diakui, keluhan terkait tarif cidomo memang sering datang dari wisatawan. Namun jika melihat sisi lain seperti biaya perawatan kuda, maka tarif yang diterapkan saat ini disebut Kusnawan masih wajar.

- Advertisement -

Menurutnya, masalah lain terkait cidomo muncul ketika ada oknum yang menaikkan tarif semaunya tanpa melihat harga standar yang sudah menjadi kesepakatan. “Kalau dicek, tarifnya itu sudah jelas. Ini ada oknum (bermain, Red). Padahal aturan itu sudah jelas, misalnya dari pelabuhan ke hotel A, dua orang termasuk bagasi masing-masing itu biayanya Rp100 ribu. Kalau dia ekstra bagasi maksimal penambahannya adalah Rp25 ribu,” bebernya.

Menurutnya, jika cidomo di Tiga Gili diganti dengan kendaraan listrik, maka ratusan kusir cidomo yang ada harus juga diberdayakan. Termasuk mengakomodir para pemilik usaha cidomo agar ada solusi bersama dari Pemda KLU.

“Tapi apapun keputusan pemda, apapun itu harus dilihat dulu posisi sarana pendukung lainnya. Jadi kalau menurut saya jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang harus di bagi,” terangnya.

Jangka pendek dalam hal ini bagaimana menertibkan cidomo agar tarifnya tidak melambung tinggi. Hal itu bisa dilakukan salah satunya dengan penggunaan aplikasi, sembari menunggu perbaikan sarana prasarana yang ada.

“Tapi ada catatan jangan sampai terjadi konflik, bagaimana dengan masyarakat yang sudah punya cidomo, sudah berinvestasi kuda (bisa terakomodir),” ujar Kusnawan.

Hal penting lainnya yang menjadi pertimbangan terkait rencana migrasi moda transportasi di Tiga Gili itu, bahwa cidomo sudah menjadi ikon khas destinasi pariwisata tersebut. Sehingga migrasi sepenuhnya juga akan sangat disayangkan.

“Ini harus betul-betul di tata. Terus pengelolaannya harus pemda langsung, melalui Bumdes mungkin. Sehingga kita bisa lebih transparan dalam hal pengelolaannya,” imbuhnya Kusnawan. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer