33.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaLombok UtaraSudah Jadi Ikon, Cidomo di Tiga Gili Dinilai Susah Tergantikan

Sudah Jadi Ikon, Cidomo di Tiga Gili Dinilai Susah Tergantikan

Mataram (Inside Lombok) – Wacana penggantian cidomo dengan sepeda listrik di Tiga Gili (Trawangan, Meno, Air), Kabupaten Lombok Utara (KLU) turut menjadi perhatian kalangan dewan di DPRD NTB. Pasalnya, cidomo dinilai telah menjadi ikon yang ada di destinasi pariwisata itu, sehingga penggantiannya justru ciri khas yang menjadi pembeda dengan destinasi wisata lainnya.

Anggota Komisi I Bidang Pemerintahan dan HAM DPRD NTB, Syirajuddin menyebut Tiga Gili di KLU merupakan tujuan wisata nasional dan internasional. Kekayaan alam yang dimiliki menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, termasuk keberadaan cidomo yang dinilai menjadi wujud upaya menjaga destinasi tersebut bebas dari polusi udara dan lainnya.

“Gili Trawangan adalah ikon pariwisata NTB yang punya ciri khas tradisional, dalam hal ini cidomo. Cidomo ini maka harus tetap dipertahankan sebagai ciri khas dan alat transportasi tradisional serta kearifan lokal,” ujar Syirajuddin, Selasa (1/8).

Keberadaan cidomo ini menurutnya sangat strategis sebagai roda penggerak perekonomian masyarakat. Para pemilik cidomo mendapatkan manfaat, termasuk masyarakat yang menyiapkan pakan kuda dan lainnya sebagai kebutuhan dalam operasional cidomo.

“Cidomo adalah alternatif kendaraan atau transportasi terbaik yang ada di Gili Trawangan, dari dulu sudah ada. Sekarang kalau ada wacana untuk mengalihkan cidomo ke kendaraan listrik, maka itu akan jauh dari hakekat maupun makna yang sebenarnya,” jelasnya.

Jika pemda setempat tetap ingin merealisasikan migrasi moda transportasi dari cidomo ke kendaraan listrik, maka pihaknya berharap ada formulasi yang tepat. Artinya tidak menghilangkan cidomo yang menjadi salah satu ciri khas, melainkan melakukan penyeimbangan agar fungsinya bisa lebih maksimal sesuai kebutuhan wisatawan.

Sebelumnya, Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan menerangkan dari sisi pengusaha melihat pengadaan sepeda listrik memang lebih praktis daripada cidomo, tapi infrastruktur di Tiga Gili belum mendukung.

“Saya yakin belum bisa diterapkan dalam waktu dekat (kendaraan listrik, Red). Intinya sarana dan prasarananya harus diperbaiki. Kaya lampu jalan dan lainnya,” ujar Kusnawan. Diakui, keluhan terkait tarif cidomo memang sering datang dari wisatawan. Namun jika melihat sisi lain seperti biaya perawatan kuda, maka tarif yang diterapkan saat ini disebut Kusnawan masih wajar.

Menurutnya, masalah lain terkait cidomo muncul ketika ada oknum yang menaikkan tarif semaunya tanpa melihat harga standar yang sudah menjadi kesepakatan. “Kalau dicek, tarifnya itu sudah jelas. Ini ada oknum (bermain, Red). Padahal aturan itu sudah jelas, misalnya dari pelabuhan ke hotel A, dua orang termasuk bagasi masing-masing itu biayanya Rp100 ribu. Kalau dia ekstra bagasi maksimal penambahannya adalah Rp25 ribu,” bebernya.

Menurutnya, jika cidomo di Tiga Gili diganti dengan kendaraan listrik, maka ratusan kusir cidomo yang ada harus juga diberdayakan. Termasuk mengakomodir para pemilik usaha cidomo agar ada solusi bersama dari Pemda KLU.

“Tapi apapun keputusan pemda, apapun itu harus dilihat dulu posisi sarana pendukung lainnya. Jadi kalau menurut saya jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang harus di bagi,” terangnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer