Lombok Timur (Inside Lombok) – Di Kabupaten Lombok Timur ada budaya yang dikenal sebagai Tujak Ragi Beleq. Seremoni ini adalah cara keturunan Tanaq Gadang yang tersebar di tiga wilayah, antara lain Pringgasela, Rumbuk, dan Temanjor mempererat tali silaturahmi.
Dalam Bahasa Indonesia, “tujak” berarti menumbuk, “ragi” berarti bumbu. Sehingga Tujak Ragi Beleq dapat dimaknai melakukan penumbukan segala macam bumbu secara bersama-sama yang nantinya akan digunakan untuk syukuran.
Budaya Tujak Ragi Beleq pun kembali diperkenalkan dalam gelaran Batur Rumbuk 4. Ketua Panitia Batur Rumbuk 4, Ambiya Samudra menjelaskan bahwa melalui Tujak Ragi Beleq ini masyarakat setempat menyatukan energi positif antara trah keturunan Tanaq Gadang, serta mempererat tali silaturahmi yang telah ada sejak masa nenek moyang mereka.
“Acara ini akan kita laksanakan setiap tahunnya untuk mempererat silaturahmi dan memberikan motivasi baru kepada generasi baru agar tetap mengingat tali persaudaraan antar keturunan Tanaq Gadang,” ungkapnya, Kamis (24/08/2023).
Walaupun silaturahmi saat ini terbilang sudah lama terpisah oleh jarak dan waktu antar keturunan Tanaq Gadang, melalui momen tersebut maupun momen lainnya untuk memberikan dampak positif bagi setiap desa.
Dikatakan Ambiya, Tujak Ragi Beleq menjadi wujud persatuan manusia dari berbagai karakter untuk bersama-sama dan kalangan, sehingga melalui kebersamaan apa hal yang berat dapat diselesaikan bersama dan tentunya dapat menjadi lebih ringan.
Sementara itu, perwakilan keturunan Tanaq Gadang dari trah Pringgasela, Qurratul Aini Rizkika mengaku melalui gelaran tersebut ketiga trah dapat berkumpul dan duduk bersama untuk menjalin silaturahmi kembali. “Kami harapkan event seperti ini tetap diadakan untuk tetap menjalin silaturahmi kita di tiga trah ini,” terangnya.
Qurratul mengaku sangat senang dengan adanya event tersebut karena dapat mengingatkan trah di tiga wilayah tersebut untuk tidak melupakan tanah nenek moyang dan merasa kembali disatukan.
Bupati Lombok Timur yang juga berasal dari Rumbuk, M. Sukiman Azmy mengatakan bahwa filosofi yang terkandung dalam Tujak Ragi Beleq ini yakni bersama-sama dalam melaksanakan sesuatu yang dianggap cukup berat agar bisa laksanakan dengan ringan. “Ini merupakan simbol bahwa apa yang kita laksanakan bersama dapat lebih ringan,” pungkasnya. (den)