Lombok Barat (Inside Lombok) – Desa Persiapan Penanggak, Kecamatan Batulayar menjadi salah satu wilayah di Lombok Barat (Lobar) yang langganan kekeringan saat musim kemarau setiap tahunnya. Karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lobar akan usulkan penanganan jangka panjang.
Kalak BPBD Lobar, Syahrudin menyebutkan hampir setiap tahun warga di Penanggak kesulitan mendapat air bersih jika kemarau datang. Sedangkan medan yang begitu curam dan terjal untuk sampai ke desa itu juga menyulitkan mobil tangki yang bertugas mendistribusikan bantuan air.
“Alternatif dari tahun ke tahun tetap kita minta droping air bersih dari OPD yang memiliki mobil tangki air, tetapi saya melihat harus ada program penanganan jangka panjang yang segera kita pikirkan,” ujar Syahrudin belum lama ini.
Diakuinya, Batulayar merupakan kawasan wisata yang di beberapa titiknya memiliki potensi sumber air yang bisa dimunculkan melalui sumur bor. Penyediaan sumber air dengan cara itu bisa menangani kebutuhan air bersih warga.
“Dari potensi yang kita gali informasinya dari Pak Camat maupun Pak Kedes, tinggal kami minta bentuk real nominal kebutuhan (sumur bor dan perpipaan). Nanti tinggal kita sama-sama perjuangkan anggarannya di eksekutif maupun legislatif,” jelas dia.
Lebih lanjut ia menerangkan dua lokasi potensi sumber air itu ada di sumur bor Dusun Nanggul yang letaknya di kaki perbukitan. Agar air yang tertampung di bak penampungan di sana bisa didistribusikan ke empat dusun di Penanggak, maka dibutuhkan peralatan untuk mesin tembak air dan perpipaan.
Sumber air kedua ada di mata air sebiris di Desa Pusuk Lestari yang debit airnya tetap ada meski musim kemarau. Sudah ada SPAM penampungan air di lokasi ini, tapi saat ini sedang tidak berfungsi karena saluran perpipaannya rusak.
“Nah ini yang coba kami angkat untuk diusulkan, kita akan hitung kebutuhan real untuk kedua titik itu,” ujar Syahrudin. Ia pun tak menampik kebutuhan anggaran untuk rencana itu akan sangat besar, bisa mencapai kisaran Rp2-3 miliar.
Kendati, biaya sebesar itu justru dinilai akan sebanding dengan kualitas bangunan dan alat yang akan digunakan. Sehingga penggunaannya nanti diharapkan bisa bertahan lama. Terlebih menurut pria yang pernah menjabat Camat Batulayar itu, jika tak ada penanganan jangka panjang justru membuat warga terus mengeluh kesulitan air bersih setiap tahunnya.
“Memang besar biayanya tetapi bisa selesai persoalanya (kesulitan air bersih). Pemerintah memang sudah banyak berbuat tetapi perlu lebih maksimal. Kita harus tetap hadir membantu kebutuhan masyarakat itu,” musim dia.
Meski demikian sejauh ini pihaknya terus membantu pendistribusian air bersih. Bahkan pihaknya membackup pemerintah Kecamatan Batulayar untuk mendroping air bersih ke tujuh dusun di tiga desa terdampak kekeringan. Dengan membawa sejumlah jeriken dan ember besar untuk menampung air yang dibawa ke lokasi kesulitan air bersih. Bahkan Syahrudin langsung mengangkut air bersih menggunakan mobil dinasnya ke Dusun Apit Aik, Desa Persiapan Penanggak lantaran lokasi yang cukup sulit dilalui kendaraan truk tangki air.
“Karena kami juga orang sini (Batulayar) jadinya kami juga terpanggil untuk turun membantu. Jadi kami pakai mobil dinas kami untuk mengangkut air. Saya bawa juga jeriken 16 buah dan ember sekitar 25 buah untuk mengangkut air bagi masyarkat disini,” tutur mantan Camat Batulayar ini.
Sementara itu, Kades Batulayar, Masnun menerangkan terdapat empat dusun di Desa Persiapan Penanggak yang terdampak kekeringan. Di antaranya, Penanggak, Apit Aik, Paok Lombok, dan Penanggak Timur. Akibatnya, sekitar 1.500 warga setempaat kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Setiap tahun empat dusun di atas ini selalu mengalami kekeringan,” ungkap Masnun. Ia mengakui bahwa pihak desa sudah melakukan survei di beberapa titik sumber mata air untuk dijadikan sumur bor. Hanya saja dari beberapa itu hanya dua opsi sumber mata air yang bisa dipergunakan untuk penanganan jangka panjang, yaitu sumur bor yang ada di bawah kaki perbukitan dan mata air di Pusuk Lestari. “Kita harapkan opsi itu bisa ditindaklanjuti pemda untuk penanganan jangka panjang,” harap dia.
Diakuinya banyak warganya yang terpaksa harus menempuh perjalanan berkilometer untuk memperoleh air bersih. Bahkan lokasinya berada di bawah perbukitan dan harus menyusuri hutan untuk mencapai titik air itu. “Ada di salah satu vila itu keran air, bagi warga yang punya kendaraan mereka kesana, yang tidak ada terpaksa berjalan turun ke sumber mata air di bawah perbukitan jalan setapak,” pungkasnya. (yud)