Mataram (Inside Lombok) – Penanganan sampah di Kota Mataram makin dimaksimalkan. Masing-masing kecamatan dituntut untuk memiliki inovasi dalam penanganan sampah di Ibu kota Provinsi NTB ini. Inovasi itu salah satunya dilakukan di Kecamatan Selaparang, yang menyusun aturan atau awik-awik untuk memaksimalkan penanganan sampah.
Camat Selaparang, Zulkarwin mengatakan model awik-awik untuk sampah itu salah satunya sedang disusun masyarakat di Kelurahan Rembiga. Di mana masyarakat setempat akan membuat sanksi bagi mereka yang buang sampah sembarang.
“Sanksinya diusahakan tidak yang memberatkan, tapi memberikan efek jera kepada masyarakat yang buang sampah sembarangan,” katanya. Langkah lain yang akan dilakukan terutama mengantisipasi pembuangan sampah ke sungai yaitu dengan meletakkan pot bunga di sepanjang bantaran sungai.
Penempatan pot-pot ini sebagai antisipasi agar masyarakat tidak lagi buang sampah ke sungai. “Biasanya di Jalan Dakota yang ada illegal dumping, setiap orang yang lewat buang sampah. Kita pasang CCTV dan awik-awik lokal,” katanya.
Diakui Zulkarwin, masih ada TPS liar yang ditemukan di Kecamatan Selaparang. Hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya pengangkutan yang disebut belum maksimal.
Selain itu, kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk membuang sampah pada tempatnya. “Ini kan masyarakat memilih buang ke kali karena merasa lebih cepat. Padahal kalau musim kering kan air tidak ada dan akhirnya menumpuk lah di bantaran sungai kita,” tegasnya.
Meski berbagai kegiatan sudah digelar, Zulkarwin mengaku sampah di sungai masih saja tetap ditemukan. Langkah lain yang dilakukan yaitu dengan berkolaborasi dengan komunitas yang ada di Selaparang. Kolaborasi yang dilakukan untuk memetakan titik mana saja yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah ilegal oleh masyarakat.
“Jadi banyak ditemukan illegal dumping di situ. Kita mulai memetakan di Sungai Jangkuk. Kita kumpulkan lurah-lurah ini,” jelas Zulkarwin.
Kecamatan Selaparang juga mencoba merealisasikan program lisan panutan. Diharapkan penanganan sampah dilakukan bersama-sama oleh masyarakat mulai dari rumah tangga. Dengan program tersebut diharapkan bisa meminimalisir pembuangan sampah ke sungai.
“Kemudian langkah selanjutnya itu kita adakan kegiatan di sungai kita. Kita lingkungan sungai seperti di Jangkuk itu. Kita buat pos pemantauan sekaligus bisa jadi tempat kumpul-kumpul,” ungkapnya.
Selain itu, langkah antisipasi Kecamatan Selaparang agar tidak ada lagi sampah yang dibuang ke sungai yaitu dengan memanfaatkan sungai sebagai tempat rekreasi. Misalnya menggelar festival atau kegiatan lainnya. “Kita adakan Festival Begasap, mancing merdeka. Itu kita hajatkan agar masyarakat peduli dengan kebersihan sungai,” ujarnya. (azm)