Mataram (Inside Lombok) – Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat menyarankan kepada 380 kepala keluarga korban gempa bumi pada 2018 memilih membangun Rumah Tahan Gempa (RTG) jenis Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha).
Kepala Disperkim Kota Mataram M. Kemal Islam di Mataram, Jumat, mengatakan 380 KK yang menjadi korban gempa bumi 2018 dengan kategori rusak berat itu, merupakan data anomali yang sudah divalidasi dan ditetapkan melalui SK kepala daerah menjadi rusak berat.
“Karena itulah, mereka disarankan membangun Risha karena Risha telah direkomendasikan oleh Kementerian PUPR sebagai rumah tahan gempa (RTG),” katanya.
Kalau mengambil rumah konvensional (Riko), katanya, sebenarnya tidak masalah, tetapi pemerintah kota mengajak para korban bisa memilih RTG yang tercepat sehingga progres rehabilitasi dan rekonstruksi di Mataram bisa selesai tepat waktu.
Hal itu, katanya, mengingat masa transisi sudah semakin mepet. Kalau pun ada kebijakan perpanjangan waktu tidak masalah.
“Kalau masa perpajangan hanya satu bulan, ini bisa menjadi masalah kalau masyarakat memilih Riko,” katanya.
Membangun RTG dengan Riko membutuhkan waktu tiga hingga empat bulan, bahkan korban gempa yang sudah enam bulan mulai mengerjakan Riko sampai sekarang masih ada yang belum jadi, karena berbagai kendala, antara lain sulitnya mendapatkan tukang dan material bata karena semua korban penerima bantuan RTG membangun secara bersamaan.
“Oleh karena itulah, kami menyarankan kepada 380 KK yang sudah ditetapkan sebagai korban gempa bumi kategori rusak berat memilih Risha agar pembangunan bisa lebih cepat,” katanya.
Untuk dana bantuan sesuai kategori rusak berat, kata Kemal, sudah siap dengan besaran masing-masing penerima bantuan Rp50 juta. Saat ini, prosesnya sedang pengumpulan warga calon penerima bantuan.
Setelah dikumpulkan untuk membentuk kelompok masyarakat (pokmas), mereka akan dibuatkan buku tabungan Bank BRI untuk proses transfer dana bantuan gempa kemudian ditransfer lagi ke rekening pokmas.
“Harapannya, semua penerima bantuan RTG itu bisa memilih Risha agar proses pendistribusian panel dan perlengkapan Risha lainnya bisa didrop sekaligus dan pembangunan bisa rampung,” katanya.
Dalam hal ini, pihaknya tidak hanya mengurus pembangunan RTG, namun masih banyak program lainnya yang juga akan dikerjakan secara bersamaan, salah satunya program pemugaran rumah tidak layak huni (RTLH) 675 unit.
“Kalau saya hanya fokus ke RTG apalagi banyak yang memilih Riko, lalu bagaimana kita bisa konsentrasi untuk program lainnya. Sementara kita dikejar waktu,” katanya. (Ant)