27.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaTradisi BudayaBejango Bliq, Cara Masyarakat Desa Songak Tetap Mendekatkan Diri dengan Leluhur

Bejango Bliq, Cara Masyarakat Desa Songak Tetap Mendekatkan Diri dengan Leluhur

Lombok Timur (Inside Lombok) – Adat dan budaya di Pulau Lombok tak ada habisnya untuk dibahas. Hampir setiap desa memiliki ritual adat yang berbeda-beda. Salah satunya seperti yang ditunjukkan masyarakat Desa Songak, Kecamatan Sakra, Lombok Timur (Lotim) dengan event ‘Bejango Bliq’.

Masyarakat di desa wisata itu menggelar Bejango Bliq dengan menampilkan ritual adat dari para leluhur mereka. Ketua Panitia Bejango Bliq Songak, Rof’il Khairudin mengatakan dalam menjaga adat istiadat yang ada di desanya, mereka membuat event tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam.

“Kegiatan ini kita laksanakan dengan mengacu pada kalender Islam yang dimulai dari bulan Muharram, Safar, dan puncak kegiatannya di bulan Rabiul Awal,” terangnya, Jumat (13/10/2023).

Salah satu ritual yang ada di Bejango Bliq yakni ritus, di mana ritual tersebut merupakan pesan dari leluhur desanya agar warga setempat terhindar dari kesusahan dan penyakit menahun.

Kata Bejango Bliq sendiri dalam bahasa Indonesia berarti silaturahmi akbar. Sehingga kata Bejango Bliq diartikan sebagai ajang silaturahmi antar warga Desa Songak dengan para leluhurnya. “Kegiatan ini pada dasarnya berisikan silaturahmi antara masyarakat dan para leluhur,” katanya.

Sementara itu, Pj. Bupati Lotim, M. Juaini Taofik mengajak masyarakat agar terus melaksanakan kegiatan tersebut sebagai bentuk menjaga tradisi adat dan budaya desa setempat. Ia pun tak mempermasalahkan besar kecilnya suatu acara, melainkan bagaimana kegiatan tersebut rutin diadakan sebagai bentuk konsistensi. “Percuma suatu kegiatan itu diadakan secara besar-besaran jika dilakukan hanya sekali saja dan setelah itu tidak ada lagi,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Desa Songak adalah salah satu desa tertua yang ada di Pulau Lombok. Ada beberapa peninggalan sejarah yang bisa ditemui di desa wisata aini. Antara lain Masjid Kuno Al-Falah, makam keramat, dan berbagai budaya nenek moyang yang masih dijaga.

Desa Songak juga memiliki alat musik tradisional gambelan yang digunakan untuk ritual budaya. Konon kesenian itu juga digunakan untuk mengiring para pasukan yang pergi berperang. Alat musik tradisional tersebut sampai saat ini masih dirawat dan dijaga kelestariannya, di mana masyarakat menyebutnya dengan nama ‘gambelan guntur telu’. (den)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer