32.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaLombok BaratTahun ini Lobar Alami Kekeringan Terparah

Tahun ini Lobar Alami Kekeringan Terparah

Lombok Barat (Inside Lombok) – Selama kemarau panjang di 2023 ini, Lombok Barat (Lobar) disebut mengalami kekeringan terparah selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Bahkan, jumlah kawasan dan jiwa yang terdampak pun kian bertambah.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Lobar, Hartono Ahmad menuturkan bahwa dari 10 kecamatan yang ada, awalnya hanya lima yang terdampak. Namun, saat ini justru meluas menjadi tujuh kecamatan dengan total 22 desa. Selain itu, ada 21.780 jiwa yang terdampak kekeringan di kabupaten itu.

“Dulu (yang terdampak) lima Kecamatan, 16 desa dan 17.994 jiwa. Tapi sekarang Tambahan dua kecamatan, ada Lingsar dan Gunungsari,” beber Hartono saat dikonfirmasi, Rabu (08/11/2023).

Dijabarkan, kecamatan yang terdampak dan masuk siaga darurat kekeringan ada Sekotong, Lembar, Gerung, Kuripan dan Batulayaar. Ditambah dengan dua Kecamatan yang dilaporkan juga sekarang mulai mengalami kekeringan yaitu, Lingsar dan Gunungsari. “Ini yang terparah dari 3 tahun terakhir,” singkatnya.

Saat ini, untuk mendistribusikan air ke wilayah terdampak BPBD Lobar dibantu banyak pihak yang turut serta memberikan tandon. Penyaluran air bersih itu pun dilakukan setiap hari, bahkan tak jarang hingga malam. “Sekarang setiap hari kita mengirimkan (air bersih), yang dari (BPBD) Provinsi itu 120 tangki setiap hari. Sekarang ini sudah masuk hari ke-10,” tuturnya.

Diakui, dalam penanganan kekeringan ini BPBD Lobar membutuhkan anggaran sekitar Rp100 juta yang digunakan untuk biaya transportasi dan konsumsi petugas. “Kalau dulu kita butuh Rp100 juta untuk uang lelah, BBM, uang air, tapi kan air kita gratis dari PDAM,” imbuhnya.

Karena itu, saat ini pihaknya lebih mengoptimalkan kerja sama dengan berbagai pihak dan tidak mengajukan pencairan anggaran dari Pemda Lobar. Terlebih melihat kondisi ekonomi daerah yang saat ini disebutnya belum stabil. “Kami tidak ajukan (pencairan dari Pemda Lobar), karena kami juga ada bantuan CSR dari Bank NTB Syariah, dari PDAM setiap hari, dari Provinsi juga. Makanya kami tidak ajukan,” ungkapnya.

PDAM diakuinya rutin mendistribusikan air bersih hingga 10-15 ribu liter setiap hari untuk wilayah Lobar. Begitu pun dari BPBD Provinsi NTB yang seharinya bisa menyalurkan minimal 15-20 ribu liter dengan pola tiga hingga empat kali angkut. Ditambah lagi bantuan yang juga kadang diberikan kepolisian dan PMI. “Kalau PDAM Itu mereka pakai kendaraan sendiri, tapi kalau BPBD Provinsi itu (untuk kendaraan) dipihak ketigakan,” imbuhnya.

Hartono mengatakan, saat ini kondisi kekeringan semakin parah karena di kawasan terdampak, sudah tak lagi mata air, hingga sumur yang sudah mengering. “Kalau dulu mintanya (usulan pendistribusian air bersih) melalui Desa, kalau sekarang sampai Kadus juga minta saking di sana tidak ada airnya,” ungkapnya.

Biasanya masyarakat akan langsung mengambil air saat giliran pendistribusian di wilayah mereka. Ada yang menggunakan ember, jeriken dan juga galon. “Kalau yang di Penanggak itu ada yang ambil di penampungan (yang disiapkan di kantor Camat). Ada juga yang sebagian langsung ambil pakai ember,” tutup Hartono.

Namun, dia mengakui bahwa air itu kemungkinan hanya cukup untuk digunakan memenuhi kebutuhan seperti memasak dan minum. Dan tidak bisa digunakan untuk mandi, karena harus dibagi rata. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer