Mataram (Inside Lombok) – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTB memfokuskan tiga dari sembilan program nasional yang ada. Ketiga program itu mulai dari pendidikan vokasional, ekonomi digital dan ekonomi biru. Program unggulan tersebut sebagai pendorong pembangunan di NTB ke depannya.
Wakil Ketua Kadin NTB, Lalu Anas Amrullah mengatakan program vokasional fokus pada upaya mendorong dunia pendidikan, khususnya pendidikan vokasional dan perguruan tinggi vokasi, agar lebih terintegrasi dengan dunia usaha dan industri. Saat ini pihaknya tengah menyusun strategi di daerah merevitalisasi program tersebut, karena faktanya pendudukan vokasional di NTB belum terkoneksi dengan dunia industri dan usaha.
“Faktanya adik-adik mahasiswa yang magang itu tidak nyambung ketika masuk di dunia usaha, akhirnya tidak bisa dimaksimalkan. Nanti Kadin akan buat requirement apa kebutuhan dunia industri, supaya ini yang disiapkan dunia pendidikan,” ujar Amrullah, Kamis (16/11).
Kedua, Kadin akan fokus kepada digitalisasi ekonomi melalui proses pelatihan dan pendampingan yang akan turun sampai kabupaten/kota, karena ini program nasional. Program ini untuk meningkatkan pengetahuan UMKM akan digitalisasi ekonomi. Meskipun belakangan ini banyak UMKM mulai melek digital, namun masih banyak belum paham.
“Kita sekarang mengandalkan marketplace, harus dipahami bahwa 70 persen di marketplace yang main itu adalah reseller bukan produsen. UMKM sebagai produsen harus punya kanal sendiri, tidak di marketplace dan bagaimana kanal ini dikenal oleh orang. Prosesnya semua diajarkan,” terangnya.
Ketiga program ekonomi biru, maksudnya adalah memanfaatkan peluang sektor perikanan yang ada di NTB. Apalagi sebagian wilayahnya dikelilingi oleh lautan. Dalam hal ini Kadin akan memfokus kesitu, dan sedang menginventarisir apa potensi yang mungkin bisa di kembangkan. Kemudian bisa dimaksimalkan di dalam daerah.
Potensi kelautan perikanan cukup besar. hanya belum maksimal dikelola. Tidak saja kelautan perikanan, dan budidaya, tanpa terkecuali pariwisata berbasis kelautan perikanan dan konservasi. Pengusaha yang ada di Kadin akan menginventarisir bagaimana budidaya perikanan ramah lingkungan, penangkapan ikan ramah lingkungan. Konservasi, dan kegiatan tersebut harus dilaksanakan melalui feasibility study (FS) terlebih dahulu.
“Kalau sudah FSnya bagus, pengusaha akan terlibat. Termasuk untuk kegiatan usaha konservasi mangrove. Potensi usaha pariwisata berbasis laut juga bisa dikembangkan untuk mendukung optimalisasi potensi sumber daya alam kita,” tuturnya.
Harapan dengan tiga program unggulan yang dijalankan Kadin ini bisa nampak outputnya. Karena memang pihaknya sangat serius untuk melaksanakan program tersebut.
“Kami fokus yang tiga itu saja, targetnya sampai 2025. Jadi sedang dibuat detail kegiatannya. Jadi kapan dilaksanakan, siapa yang terlibat stakeholdernya kemudian pengeluarannya seperti apa,” jelasnya. (dpi)