Lombok Timur (Inside Lombok) – Sosial media Facebook saat ini banyak juga digandrungi kelompok emak-emak. Tidak hanya untuk mengecek informasi, platform itu pun digunakan juga untuk menampilkan konten-konten yang diproduksi.
Emak-emak saat ini mulai memperlihatkan eksistensinya dan tak mau kalah dengan kaum millenial, di mana mereka selain memanfaatkan Facebook sebagai wadah bersosial, mereka juga berlomba-lomba memanfaatkan monetisasi pada aplikasi Facebook untuk memperoleh penghasilan.
Salah seorang konten kreator masak-masak di Facebook, Deva Uliya Arfianti mengatakan bahwa fenomena yang terjadi saat ini yakni emak-emak yang berlomba menjadi konten kreator dinilai positif ketimbang digunakan untuk hal negatif seperti berghibah dan saling sindir yang dilakukan secara terang-terangan di sosialita.
“Saya pikir ini baik, emak-emak harus lebih kreatif dalam bermedia sosial agar terhindar dari hal negatif seperti berghibah di media sosial yang membuat adanya kubu-kubu dalam bermasyarakat,” terangnya, Rabu (10/01/2024).
Emak-emak yang dikenal suka berghibah di media sosial juga terkenal sebagai penerima hoax terbaik, namun itu bukan hal baru bagi orang-orang yang baru mengenal media sosial. Sama seperti halnya generasi millenial saat pertama masuk ke media sosial seperti Facebook. “Dengan emak-emak atau pengguna Facebook dapat meraup penghasilan dari sana, juga dapat meminimalisir dampak negatifnya juga,” tuturnya.
Sementara itu, konten kreator lainnya, Dini mengaku sudah mampu meraup pundi penghasilan dari aplikasi Facebook meski belum sebanyak penghasilan dari kreator lainnya, namun dengan itu saja ia mengungkapkan sudah sangat senang karena bisa memanfaatkan media sosial dengan bijak. “Ya meskipun penghasilan masih minim setidaknya kita bisa berkarya dengan memanfaatkan era digital ini,” jelasnya.
Fenomena emak-emak konten kreator ini sendiri yang paling banyak membuat konten berupa masak-masak, A Day In My Life, dan bahkan tutorial. Tak jarang juga yang memanfaatkan aplikasi biru tersebut untuk berjualan atau sekedar mempromosikan produk atau keahlian mereka.
Meski emak-emak cenderung terlambat mengenal media sosial namun dalam hal membuat konten tak bisa diragukan, malah mereka secara totalitas dengan menggunakan perlengkapan berupa lighting serta kamera demi menunjang kualitasnya. (den)