Lombok Tengah (InsIde Lombok) – Dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia (World Wetland Day) yang jatuh setiap tanggal 2 Februari, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaksanakan penanaman serentak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah stakeholder, di antaranya Penjabat Gubernur NTB yang diwakili oleh Asisten II, UPT lingkup KLHK yaitu Balai KSDA NTB, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Balai Taman Nasional Tambora, Balai Penerapan Standar Instrumen LHK, Bupati Lombok Tengah, Dandim 1620 Loteng, kelompok masyarakat, Pramuka dan kader Green Youth Movement yang merupakan duta hijau KLHK.
Tenaga Ahli Menteri LHK Bidang Pengembangan Persemaian Modern, Ir. Hurdoyo menjelaskan Ramsar Convention, wetlands atau lahan basah merupakan kawasan di mana air merupakan faktor utama, yang terbentuk secara alami atau buatan manusia dengan kondisi jenuh atau tergenang air baik secara temporer maupun permanen, seperti rawa, gambut, danau, sungai, dataran banjir, mangrove, laguna, terumbu karang, persawahan, kolam, waduk/bendungan, termasuk tambak.
“Jadi nilai intrinsik dan fungsi kehidupan yang dimiliki oleh ekosistem lahan basah seperti penyimpan karbon, pengendalian perubahan iklim, polusi, banjir, pembersih air, keberadaan biodiversitas yang berkelanjutan, produksi pangan dan sumber daya alam hayati yang beraneka ragam, eco-tourism, begitu erat kaitannya sebagai sumber hidup dan penghidupan masyarakat sekitar,” ujarnya, Rabu (7/2/2024).
Sementara Itu Kepala Balai Pengelolaan DAS Dodokan Moyosari Umar Nasir S. Sos, M.Sc mengatakan sesuai dengan tema peringatan Hari Lahan Basah tahun ini pihaknya tidak hanya menekankan aspek biofisik seperti air, tanah, flora dan faunanya semata, akan tetapi aspek manusia dan masyarakatnya yang harus menjadi prioritas sehingga KEK Mandalika yang merupakan salah satu kawasan prioritas nasional dapat memberi manfaat sosial ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
“Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi titik tolak bagi pemerintah setempat bersama masyarakatnya untuk dapat berperan aktif dalam upaya rehabilitasi dan pelestarian kawasan mangrove yang dapat memberikan manfaat ekologi,” ujarnya.
Selain itu lokasi ini juga dapat mendukung pengembangan pariwisata di KEK Mandalika sehingga mampu meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitar karena ini adalah bentuk memperbaiki kualitas lahan basah, dengan meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi tujuan utama pembangunan di sektor ini.
“Aksi penanaman pohon merupakan bentuk komitmen Indonesia dalam pengurangan risiko bencana dan pengendalian perubahan iklim. Sebagai upaya menjaga bumi dari pemanasan global yang sudah menjadi ancaman nyata, dan perlu diantisipasi bersama,” imbuhnya.
Dijelaskan, menanam mangrove memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat menjadi habitat yang nyaman bagi berbagai jenis biota laut seperti udang, kepiting kerang dan berbagai jenis ikan lainnya.
Selain itu mangrove juga merupakan tempat bersarang berbagai spesies burung sehingga kelestarian mangrove tentu sangat menunjang aktivitas ekonomi dan pariwisata di daerah tersebut.
Selanjutnya, Mangrove juga dapat mencegah abrasi, intrusi air laut dan sebagai formasi alami yang melindungi daratan dari hempasan ombak dan angin kencang, menjaga kualitas air dan udara karena perakaran mangrove merupakan bioremediasi alami yang dapat menyerap kandungan logam berbahaya di alam. “Mari optimalkan potensi lahan basah yang ada di sekeliling kita untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan kita,” tegasnya.
Penanaman ini dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kelestarian lahan basah, khususnya mangrove dan dapat berkontribusi secara langsung dalam menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan bagi generasi mendatang dan mewujudkan komitmen untuk melestarikan dan menjaga keanekaragaman hayati demi masa depan yang lebih baik. (fhr)