Mataram (Inside Lombok) – Para pengusaha mutiara di NTB masih ada kendala dalam mengekspor produk mutiara mereka ke negara tujuan, salah satunya persoalan ekspor secara mandiri yang masih sulit. Karena itu para pengusaha meminta diberikan kemudahan dalam prosedur ekspor mutiara. Mengingat mutiara NTB, terutama Lombok banyak diminati di pasar luar negeri.
Ketua Asosiasi Pearl NTB, Fauzi mengatakan untuk ekspor mutiara NTB saat ini masih tetap berjalan. Meskipun sempat ada kendala yang dialami oleh salah satu pengusaha mutiara kehilangan paketnya, hingga kini belum ada titik temu untuk ganti rugi dan sekarang masih berproses.
Kemudian, pengusaha mutiara juga dinilai perlu bisa mengirim sendiri mutiaranya dengan birokrasi yang lebih simpel. “Karena ini jadi kendala bagi kami. Pengurusan ekspor di dua tempat. Setelah lengkap legalitas pengusaha baru bisa ngurus surat-surat di dinas perdagangan dan Karantina. Harapannya bisa di satu pintu untuk legalitas sampai pengiriman,” ungkapan Fauzi, Kamis (22/2).
Ekspor mutiara NTB memang sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu dan memang rutin dilakukan. Bahkan nilainya cukup tinggi, selama 2023 tercatat nilai ekspor mutiara sebesar 14,3 juta dolar Amerika. Mutiara NTB dikirim ke 10 negara di dunia, diantaranya ada Jepang, China, Hongkong, Australia, Thailand, India, UAE, Prancis, AS dan Vietnam. “Untuk ekspor beberapa pengusaha ada yang mengurus sendiri, ada juga yang melalui perusahaan ekspedisi,” katanya.
Di sisi lain, untuk penjualan mutiara di awal 2024 ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, penurunan sampai 30 persen. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti, belum adanya event-event nasional maupun internasional di daerah, kunjungan wisatawan masih kurang, berlangsungnya pemilu yang turut membuat orang enggan melakukan perjalanan keluar daerah, belum dimulainya perjalanan dinas atau ketok anggaran pemerintah, dan investor masih menunggu kepastian hasil pemilu untuk berinvestasi.
“Upaya pemerintah saat ini, bisa dengan mengirim pengrajin untuk mengikuti pameran di luar daerah, mengadakan pelatihan-pelatihan, tapi biasanya di April atau setelah Idulfitri kembali normal. Siklus ini biasa terjadi setiap tahun. sehingga pelaku usaha maklum,” jelasnya. (dpi)