Lombok Tengah (Inside Lombok) – Masyarakat Lombok Tengah (Loteng) kecewa dengan hasil Sangkep Warige atau penentuan hari bau nyale. Pasalnya, pada malam puncak justru tidak ada nyale yang muncul di laut, apalagi yang dibawa pulang oleh masyarakat.
“Nyale sepi. Warga kecewa, banyak yang pulang dengan tangan kosong,” ujar Lukman Hakim, salah satu warga sambil menunjukkan ember kosong.
Dua hari sebelum puncak bau nyale, masyarakat sudah terlebih dahulu turun ke laut untuk menangkap cacing laut yang konon merupakan jelmaan Putri Mandalika itu. Bahkan sudah berember-ember yang ditangkap. “Jadi prediksi Sangkep Warige (waktu bau nyale, Red) hari ini melenceng,” imbuhnya.
Diakui Lukman, masyarakat yang datang di malam puncak begadang semalaman hanya untuk menunggu yale muncul. Namun ketika masyarakat turun ke laut justru nyale tidak ada. “Ketika kita turun ke laut justru sang Putri Mandalika tidak menampakkan wujudnya. Akhirnya kita pulang dengan kosong, ember tidak terisi, Jangankan ember, botol mineral tanggung bekas saja tidak terisi karena tidak ada nyale yang keluar,” keluhnya.
Menurutnya, bau nyale tidak hanya mengandalkan sangkep warige atau dari kalender penanggalan Sasak saja, tapi ini juga kemungkinan berkaitan dengan cuaca. “Kalau bisa harus diperbaiki, kalau bisa juga gandeng BMKG misalnya bulan apa cacing laut itu keluar perlu juga itu untuk jadi bahan pertimbangan,” sarannya.
Sementara, itu Dewai, warga asal Lombok Barat juga mengeluhkan hal yang sama karena tidak ada nyale yang bisa ditangkap. “Iya karena tidak ada nyale yang tertangkap, akhirnya kita beli nyale yang sudah di pes di pedagang,” katanya. (fhr)