Mataram (Inside Lombok)- Generasi Z atau biasa disebut Gen Z menjadi pangsa pasar yang diincar oleh para pengembang perumahan. Karena pasarnya cukup potensial untuk memiliki rumah, khususnya untuk rumah subsidi.
Ketua Real Estate Indonesia (REI) NTB, H. Heri Susanto mengatakan, menariknya pangsa pasar generasi Z ini jumlahnya cukup mendominasi dalam komposisi populasi penduduk NTB. Dari sisi kemampuan financial untuk kewajiban KPR biasanya generasi Z mendapat bantuan dari orang tuanya.
“Kalau soal kelayakan, itu kembali tergantung bank juga. Tapi biasanya generasi Z ini dibantu orang tuanya. Terutama yang ngekos, daripada bayar kos tiap bulan, yang hampir sama nilainya dengan cicilan rumah subsidi,” ujar H. Heri Susanto, Jumat (3/5).
Maka dari itu banyak yang memilih menyicil rumah. Apalagi generasi Z menjadi pasar yang sangat layak untuk sektor properti. Walaupun masih bercampur dengan kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) lainnya. Sebagaimana diketahui, Generasi Z, juga dikenal sebagai Gen Z atau i-generation, adalah kelompok yang lahir dan tumbuh di tengah perkembangan teknologi.
“Kalau developer sih tidak melihat Gen Z atau MBR lain, yang penting dia memiliki kemampuan membayar,” ucapnya.
Generasi Z memiliki pengetahuan yang luas karena mudahnya akses informasi. Mereka cenderung cepat belajar dan terbuka terhadap segala sesuatu. Toleran dan fleksibel. Generasi Z lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan budaya. Mereka juga memiliki kemampuan berpikir global karena sering berkomunikasi melalui media sosial dengan orang di seluruh dunia, kemudian ambisius dan mandiri.
Selain itu, memiliki ambisi besar untuk sukses dan cenderung praktis dalam memecahkan masalah. Mereka juga memiliki pengetahuan finansial yang baik dan berhati-hati agar tidak terjebak dalam hutang.
Beberapa ciri khas yang membedakan generasi Z dari generasi sebelumnya diantaranya, terbiasa dengan teknologi, dimana generasi Z sangat akrab dengan internet dan ponsel pintar. Mereka mahir menggunakan berbagai platform media sosial, selain sebagai alat komunikasi, mereka juga memanfaatkannya untuk berkarya, bekerja, dan belajar. “Paling penting adalah adanya kemauan terlebih dulu,” katanya. (dpi)