Lombok Barat (Inside Lombok) – Peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Lombok Barat (Lobar) tembus 50 persen. Bahkan hingga akhir April lalu, kasusnya telah menembus 300 lebih. Dinas Kesehatan (Dikes) setempat pun telah mengeluarkan status siaga.
“Meningkat kasusnya sekitar 50 persen sejak bulan puasa (Ramadan) kemarin,” ungkap Kadis Dikes Lobar, Arief Suryawirawan saat dikonfirmasi, Senin (06/05/2024). Pihaknya pun menyarankan masyarakat yang membutuhkan fogging untuk melapor ke puskesmas terdekat, agar tim fogging turun untuk memastikan layak atau tidaknya lingkungan tersebut untuk difogging.
“Jadi setiap lima tahun kasusnya meningkat, dan bukan hanya di Lobar yang meningkat, tapi di Kota Mataram juga dan kita Kesiagaan DBD,” terangnya. Dia menyebut penanganan kasus DBD, tidak bisa hanya dilakukan oleh Dikes saja. Namun pemerintah juga memerlukan peran serta seluruh masyarakat untuk memastikan lingkungan tempat tinggal mereka agar tetap bersih.
Hal ini dinilai sebagai upaya untuk mencegah perkembangan jentik nyamuk DBD. Arief pun meminta supaya seluruh puskesmas di Lobar untuk tetap gencar melakukan langkah pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
“Kita minta teman-teman (puskesmas) lebih sering sosialisasi ke masyarakat, kades, kadus, bahwa demam berdarah ini lebih banyak ke faktor lingkungannya. Bagaimana membuat lingkungan bersih, tidak banyak genangan, terutama di musim hujan,” sarannya.
Pihaknya pun tak membantah dari beberapa kasus itu, ada satu pasien DBD yang meninggal dunia. Sehingga pihaknya berharap agar kasus tersebut dapat diupayakan untuk ditekan. “Kita minta bantuan peran serta masyarakat,” harapnya.
Dirut RSUD Tripat Gerung, Suriyadi pun membenarkan bahwa kasus DBD yang ditangani di RSUD Tripat beberapa hari terakhir memang mengalami peningkatan. “Dari beberapa bulan terakhir dari Januari, Februari, Maret menang trendnya mengalami peningkatan,” ungkapnya.
Peningkatannya pun diakui cukup signifikan, data yang tercatat dari Januari hingga April sudah mencapai 262 kasus. “Memang mengalami peningkatan Januari 59 kasus, Februari 53 kasus, Maret 60 kasus, nah di bulan April memang mengalami peningkat menjadi 90-an,” beber Suriyadi.
Dia menyebut, hampir seluruh pasien yang dirawat di sana mengalami gejala umum seperti mual, muntah, demam, serta ada bintik-bintik perdarahan di kulit. Meski demikian, sejauh ini dia mengatakan tak ada kasus pasien meninggal. (yud)