Lombok Utara (Inside Lombok) – Para petani di Kabupaten Lombok Utara (KLU) dalam menghadapi musim kemarau diminta untuk mengatur pola tanam dan penggunaan air. Hal ini dilakukan agar dapat menghindari risiko gagal panen, seperti yang terjadi belum lama ini terjadi di wilayah Kecamatan Kayangan. Bahkan produksi petani ikut menurun.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) KLU, Tresnahadi menekankan pentingnya penyesuaian pola tanam sebagai langkah strategis menjaga ketersedian air bagi petani. Apalagi sekarang ini sudah mulai memasuki musim kemarau, di mana petani tidak bisa terus-menerus menanam padi. Namun dapat diselingi dengan tanaman palawija.
“Penerapan pola tanam padi-palawija-padi atau padi-padi-palawija bisa dilihat di Desa Gondang yang sudah menerapkan pola tanam seperti itu,” ujar Tresnahadi, Selasa (4/6). Diakui, pola ini terbukti efektif dalam menghemat penggunaan air, karena tanaman palawija umumnya membutuhkan air lebih sedikit dari padi.
Hal tersebut jika diterapkan oleh semua petani yang ada di KLU, maka tidak menutup kemungkinan risiko mengalami kegagalan itu kecil. Mengingat pada tahun lalu musim kemarau cukup panjang, sehingga masa tanam dan panen mundur dari waktu yang biasanya. “Dengan pola selang-seling seperti ini, kami harapkan petani tetap produktif meskipun kondisinya kekurangan air,” imbuhnya.
Untuk itu petani harus mempersiapkan diri agar dapat mengantisipasi kekeringan sebagai dampak kemarau. Di mana diharapkan dengan adanya himbauan ini, para petani dapat lebih siap menghadapi tantangan musim kemarau dan tetap bisa menghasilkan panen yang optimal. “Kesadaran pentingnya akan pengelolaan sumber daya air yang meningkat di kalangan petani, sehingga keberlanjutan pertanian dapat terus terjaga,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, menjelang musim kemarau para petani setidaknya dapat menyesuaikan tanaman pada masa tanam. Sebab, saat musim kemarau ketersedian air akan berkurang, sehingga akan mengganggu pertumbuhan tanaman yang membutuhkan banyak air. (dpi)