Lombok Tengah (Inside Lombok) – Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Lombok Tengah (Loteng) menyayangkan banyak pembangunan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang tidak dimanfaatkan. Gedung-gedung itu pun disebut menjadi bangunan terbengkalai pada era kepemimpinan Bupati – Wakil Bupati, Pathul – Nursiah.
Anggota DPRD Loteng, Yasir Amrillah mengatakan memang pada masa awal pihaknya menilai memang hampir seluruh daerah diterpa pandemi Covid-19 dan terasa cukup berat. Kendati ada juga hal-hal yang perlu dibenahi. “Positifnya memang pembangunan cukup masif, tapi hal-hal yang perlu dikritisi itu terkait dengan kebijakan penggunaan anggaran khususnya DAK,” ujarnya saat dikonfirmasi belum lama ini.
Seharusnya, kata dia, anggaran DAK itu banyak bangunan yang dibangun seperti tanpa dengan perencanaan yang matang. Misalnya pasar seni di Desa Sengkerang Praya Timur kemudian Sentra Pengolahan Sarang Burung Walet yang ada di Jalan Bay Pass Bill. “Kita tidak paham dari mana ide itu, (proyeknya) dibangun dengan anggaran yang begitu besar, (tapi) bahkan begitu jadi tidak pernah digunakan,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga heran dengan kebijakan yang dibuat, kenapa tidak Pemda Loteng juga mempertimbangkan pembangunan yang bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif. Padahal Yasir mengaku setiap hari mendengar ada gedung sekolah yang roboh dan lain-lain. “Ini yang perlu kita kritisi bangunan-bangunan yang memakan anggaran besar tapi manfaatnya sampai hari ini belum dirasakan dampaknya oleh masyarakat,” tegasnya.
Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga menilai seharusnya Pemda Loteng membangun atau memprioritaskan kebutuhan masyarakat yang lebih mendesak dan penting, mengikuti klasifikasi penggunaan anggaran. “Banyak anggaran khususnya DAK, itu kita lihat malah yang tidak begitu penting yang didahulukan, banyak bangunan yang dibangun tapi tidak dimanfaatkan apalagi tidak bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ,” tandasnya. (fhr)