Lombok Timur (Inside Lombok) – Petani tembakau di Lombok Timur (Lotim) saat ini tengah mengalami krisis air akibat kekeringan di musim kemarau. Bahkan untuk mengairi tanamannya para petani harus menggunakan es balok agar bibit yang ditanam dapat bertahan hidup.
Para petani harus berjuang keras untuk sekedar mengairi tanaman tembakaunya, terpaksa harus memikul balok yang dingin dan berat dari pematang sawah menuju ke ladangnya. Mereka harus rela menahan dinginnya es dan memecahnya menjadi kecil lalu memasukkannya ke lubang tanamannya.
Salah seorang petani tembakau di Dusun Sagik Mateng, Desa Pene, Noviana mengaku terpaksa harus menggunakan es balok lantaran tak adanya air untuk menyirami tanamannya akibat dilanda kekeringan di musim kemarau. “Kita terpaksa membeli ratusan balok es balok agar bisa menyirami lahan seluas 27 are karena tidak ada air sekarang,” tuturnya, Selasa (02/06/2024).
Diakuinya sampai saat ini Noviana sudah membeli sebanyak 200 es balok dengan harga Rp15 ribu per baloknya. Bahkan ia sempat menemui kegagalan lantaran tanamannya tak tumbuh dengan baik, sehingga ia memutuskan menggunakan es balok untuk mengairi tanamannya dan mulai bisa tumbuh dengan baik.
“Awalnya sempat gagal, namun saya coba teteskan air dan mulai tumbuh lagi dan sekarang sudah berusia sebulan. Itu lantarannya saya menggunakan es balok karena tidak adanya air di sini,” jelasnya.
Hamdi petani lainnya juga mengatakan hal yang sama, di mana ia terpaksa membeli ratusan es batu langsung dari pabriknya di Jerowaru untuk untuk menanam tembakau karena kekurangan air. “Kalau saya sudah membeli 200 balok es untuk kebutuhan 30 are,” keluhnya.
Ia juga mengaku bahwa bercocok tanam menggunakan es balok bukan hal yang mudah karena airnya tidak begitu banyak. Namun hal itu terpaksa dilakukan karena di tempatnya kekurangan air akibat musim kemarau. “Tak hanya es balok, beberapa hari setelahnya kita siram lagi dengan air,” katanya.
Bahkan para petani tembakau juga tak hanya membeli es balok, melainkan juga membeli air untuk kebutuhan air tanamannya. Mereka membeli air sebanyak 5 ribu liter seharga Rp170-200 ribu. “Kalau luas 1 hektare kita butuhkan 30 tangki air. Kekeringan ini sudah terjadi sejak 3 bulan lalu,” pungkasnya. (den)