Mataram (Inside Lombok) – Realisasi investasi di NTB hingga triwulan kedua sudah sangat tinggi, mencapai 95 persen. Kendati, capaian investasi di Lombok Tengah (Loteng) menjadi sorotan, lantaran pergerakannya tidak terlalu besar meski sudah ada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di sana.
Plt Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi NTB, Wahyu Hidayat mengatakan KEK Mandalika pada realisasi investasi tahun 2024 ini belum menduduki posisi tiga besar. Bahkan posisi tiga besar investasi di NTB yaitu diisi oleh Kabupaten Sumbawa Barat dengan realisasi investasi sebesar Rp21,943 triliun, Kota Mataram Rp654 miliar dan Kabupaten Sumbawa Rp601 miliar.
“Setelah ada KEK dan pengelolanya di sana jadi lebih eksklusif. Proses promosi dan kerjasamanya itu di handle internal,” katanya. ITDC katanya masih tetap melakukan promosi investasi di kawasan tersebut.
Disebutkan realisasi investasi di Kabupaten Lombok Tengah yaitu sebesar R510 miliar. Sedangkan Kota Mataram yang berada pada posisi nomor dua yaitu sebesar Rp654 miliar. “Kalaupun ada investasi itu tidak bisa langsung dieksekusi tahun berjalan,” katanya.
Promosi investasi yang dilakukan melalui event-event yang digelar. Misalnya pada saat event MotoGP yang berlangsung. Momen itu dimanfaatkan untuk menarik minat para investor menanamkan modalnya di kawasan tersebut.
“Kalau tidak masuk tiga besar, itu menjadi catatan bersama khususnya kami di DPMPTSP NTB. Memang dibutuhkan strategi baru untuk menyebarluaskan potensi yang ada di KEK Mandalika,” katanya.
Menurutnya, mendatangkan investor ke NTB tidak terlalu sulit. Hanya saja, ketika mempromosikan potensi investasi ada saja yang tertarik namun kondisi daerah tidak sesuai yang diharapkan. “Ketika kita sudah promosi kemudahan, tapi pada saat di lapangan itu tidak sesuai,” ujarnya.
Disisi lain, dari 10 kabupaten dan kota di NTB Kota Bima dan Kabupaten Bima masih berada pada posisi terendah. Realisasi investasi di Kota Bima yaitu sebesar Rp68 miliar dan Kota Bima yaitu sebesar Rp57 miliar. “Pada semester II ini kami sedang menyusun peta potensi dan kita akan berkolaborasi dengan DPMPTSP kabupaten dan kota Bima,” katanya.
Penyusunan peta potensi untuk menggali lebih dalam peluang-peluang investasi yang bisa dipromosikan. “Dari sana kita akan menawarkan potensi-potensi dan peluang yang ada di Bima itu supaya bisa bangkit,” tegasnya. (azm)