25.5 C
Mataram
Sabtu, 23 November 2024
BerandaAdvetorialMerasakan Budaya Korea Selatan di Rplay: Mendengar Musik, Melihat Lukisan, Sampai Mencicipi...

Merasakan Budaya Korea Selatan di Rplay: Mendengar Musik, Melihat Lukisan, Sampai Mencicipi Ocheop Bansang

Mataram (Inside Lombok) – Rplay, sebuah ruang alternatif yang mempertemukan berbagai aspek budaya Korea Selatan dengan Indonesia kini hadir di Jl. Pariwisata No.8, Montong, Batulayar, Lombok Barat. Di sini, pengunjung bisa bersentuhan langsung dengan berbagai macam kebudayaan Korea Selatan. Mulai dari melihat karya seni seniman-seniman Korea, mendengarkan lagu-lagu dari musisi Korea, membeli merchandise, hingga mencicipi makanan dengan cita rasa asli Korea.

Manager Management Team Rplay, Irel menerangkan Rplay ditujukan menjadi ruang bagi orang-orang untuk bisa merasakan langsung bagaimana persentuhan dengan budaya Korea Selatan. “Ke depannya, Rplay akan memperkenalkan budaya Korea kepada masyarakat Indonesia, dan mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Korea, serta menarik wisatawan melalui pengalaman wisata budaya yang unik,” ungkapnya.

Diceritakan, Rplay hadir di Indonesia sekitar tahun 2017, dengan mendirikan Salon de Nomad, ruang kerja bersama pertama di NTB yang berlokasi di Gili Trawangan. “Tempat ini menyediakan ruang kerja dan penginapan bagi para pengunjung, serta menjadi tempat bertemunya orang-orang untuk menciptakan jaringan ala Korea,” ujarnya.

Set Ocheop Bansang di Bistro Daum Rplay. (Inside Lombok/Rosidi)

Bistro Daum dan Space Eum

Bagi pencinta kuliner, dapat merasakan cita rasa makanan Korea asli di Bistro Daum, restoran yang ada di Rplay. “Saat ini, menu utama kami adalah Ocheop Bansang. Bansang adalah makanan tradisional yang disajikan untuk raja pada zaman kerajaan, yang terdiri dari 3 hingga 12 lauk,” ujar Manager General Affairs Rplay, Ray.

Bistro Daum di Rplay pun tidak hanya menyajikan makanan tradisional, tetapi juga makanan yang saat ini digemari oleh generasi muda Korea Selatan seperti tteokbokki. “Kami juga menyajikan kopi campuran yang telah dinikmati oleh orang Korea selama bertahun-tahun. Menu kami terus akan diperbarui dan bertambah,” lanjut Ray.

Selain makanan yang ada di Bistro Daum, di Rplay juga ada ruang pameran yang diberi nama Space Eum. Saat ini, Space Eum adalah tempat yang memperkenalkan keindahan Korea Selatan dengan baik melalui pameran rutin bagi pelukis Indonesia dan Korea.

“Tempat ini tidak hanya untuk melihat pameran, tetapi juga berfungsi sebagai ruang pertukaran budaya dengan melibatkan partisipasi orang Indonesia dan menyelenggarakan lokakarya serta berbagai acara komunitas. Anda bisa menghabiskan waktu sebagai digital nomad di sini, belajar, atau membaca. Sebagai ruang serbaguna, Space Eum juga bisa digunakan untuk pertemuan penting dan acara lainnya. Kantor pusat kami di Korea sangat ahli dalam perencanaan budaya, sehingga kami bisa menciptakan momen-momen berharga bagi Anda,” ungkap Irel.

Pengunjung melihat-lihat merchandise serta album dari musisi K-pop terkenal yang dipamerkan di Space Eum. (Inside Lombok/Rosidi)

Begitu masuk di Space Eum, pengunjung akan menemukan bagian khusus yang menampilkan dan menjual merchandise serta album dari musisi K-pop terkenal seperti BTS hingga Blackpink. Barang-barang dengan nilai koleksi yang tinggi ini dikurasi langsung setiap bulan oleh Park Seung-hoon, direktur musik musikal terkenal di Korea yang saat ini menjadi Music Director Rplay.

“Saya sangat tertarik dengan budaya dari berbagai negara, terutama musik dan budaya Indonesia yang sangat memikat saya. Oleh karena itu, saya sedang bekerja sama dengan musisi lokal dan segera akan memproduksi materi musiknya,” ungkap Park Seung-hoon.

Menceritakan salah satu proyeknya, Park Seung-hoon saat ini sedang mengerjakan sebuah pertunjukan musikal yang menggunakan musik tradisional Korea, ‘Arirang’, sebagai bahan dasar. Musikal ini telah dipentaskan selama tujuh tahun dan tahun lalu meraih penghargaan besar di Adelaide, Australia. “Selain itu, kami juga diundang untuk tampil di Edinburgh Fringe Festival di Inggris tahun ini, di mana kami akan tampil selama sebulan,” lanjutnya.

Art Director Rplay, Lee Koo Ha berpose di depan salah satu lukisan. (Inside Lombok/Rosidi)

Pameran Lukisan “Meet Korea”

Jika berkunjung ke Rplay,, pengunjung bisa sekaligus menyaksikan pameran lukisan dari seniman-seniman Korea Selatan, antara lain Kwon Hye-jung, Lee Koo Ha, Lee Hyang-mi, dan Choi Seung-seon. Pameran lukisan bertema “Meet Korea” itu pun menjadi pameran perdana di galeri Korea pertama di Pulau Lombok ini.

“Tema pameran tahun pertama kami secara alami dipilih sebagai pertemuan antara Korea dan Indonesia. Untuk tahun 2025, pameran direncanakan dengan tema “Masa Lalu dan Hari Ini Korea” untuk menunjukkan lebih banyak keragaman Korea,” ungkap Irel.

Pameran di sepanjang Agustus ini pun mengangkat sub-tema “Human & Nature”, interpretasi dari hubungan manusia dengan alam sebagai satu kesatuan yang sama pentingnya. “Planet Bumi tempat kita tinggal ini dipenuhi dengan berbagai flora dan fauna. Meskipun manusia memiliki posisi dominan, kita bukanlah pemilik sebenarnya dari planet ini. Semua flora, fauna, dan manusia hidup dalam roda kehidupan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan,” ungkap Lee Koo Ha selaku Art Director Rplay.

Pengunjung melihat lukisan di Space Eum Rplay. (Inside Lombok/Rosidi)

Masing-masing pelukis yang terlibat pameran ini pun mengekspresikan diri dengan caranya sendiri. Mulai dari Lee Hyang-mi mengekspresikan pembiasan cahaya matahari yang memantul di antara pepohonan dengan teknik pemisahan warna yang beragam, sementara Kwon Hye-jung mencatat flora dan fauna yang sering terlihat di kehidupan sehari-hari dalam bentuk esai, kemudian mengukir dan mencetaknya pada plat tembaga.

Kemudian ada Choi Seung-seon yang menciptakan suasana surealis dengan menggabungkan kampung halaman masa kecilnya dan idealismenya. Sedangkan Iku Ha memikirkan kemurnian bahan dan menggunakan karbon serta emas—bahan yang menurutnya paling murni—untuk mengekspresikan berbagai jejak yang terbentuk seiring waktu.

“Semua seniman ini mengungkapkan dan mengharmonisasikan ingatan mereka tentang lingkungan sekitar, menjadikan diri mereka bagian dari alam dan mengekspresikannya bersama,” lanjut Lee Koo Ha. Keempat seniman yang terlibat pameran ini pun bekerja dengan cara yang sangat berbeda satu sama lain. Salah satu adalah seorang pencetak grafis, yang lainnya menggunakan teknik abstrak dengan cat air, ada juga yang menggunakan teknik tradisional Oil on Canvas, dan yang terakhir adalah seniman yang menggunakan tinta Korea tradisional (meok) untuk aksi lukis di kanvas. Meskipun mereka memiliki pendekatan yang berbeda, tujuan akhir dari seni yang mereka ciptakan memiliki satu kesamaan. Itu adalah manusia, dan manusia adalah bagian dari alam. (r)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer