Mataram (Inside Lombok) – Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI) NTB mengatakan pekerja asal NTB di luar negeri mendapatkan catatan negatif dari negara-negara penempatan. Catatan itu salah satunya terkait banyaknya pekerja yang kabur setelah sampai di negara tujuan. Hal ini pun diakui berdampak pada citra daerah.
Ketua APJATI NTB, Muhammadon menyebutkan hal tersebut membuat banyak agensi dan perusahaan penyalur tenaga kerja di Jakarta hingga Surabaya berpikir ulang mengambil pekerja dari NTB. Kondisi ini pun disayangkan, mengingat bekerja di luar negeri sebenarnya cukup menjanjikan untuk mengurai persoalan pengangguran di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
“Tidak saja nama pekerja Lombok yang rusak di Malaysia, termasuk juga di negara Taiwan, perusahaan-perusahaan penempatan tenaga kerja sangat mempertimbangkan pekerja asal Lombok. SDM kita perlu dibenahi,” ujarnya, Jumat (23/8).
Beberapa negara di Asia Tenggara yang menyediakan peluang cukup besar yaitu Malaysia, Taiwan, Hongkong, selain di Timur Tengah. Para pekerja ini berangka secara prosedural (resmi). Hanya saja, beberapa bulan setelah mengetahui lokasi dan situasi disana, justru mereka memilih kabur dan bekerja ditempat lain dengan pekerja status ilegal untuk mendapatkan upah lebih banyak.
“Ini perilaku yang menjadi catatan pekerja kita di luar negeri. Karena itu, menjadi tanggungjawab bersama untuk merubah karakter masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri, supaya tidak kabur-kabur,” terangnya.
Lebih lanjut, untuk merubah karakter masyarakat dimulai dari keluarga, pemerintah desa,hingga ke level pemerintah provinsi. Agar mempersiapkan SDM-SDM yang baik sebelum berangkat bekerja ke luar negeri. Jika masih seperti itu, maka dampaknya kepada image di daerah. “Kita semua yang menerima konsekuensinya kalau sudah jelek nama daerah kita. Ini yang menjadi catatan untuk mengurai persoalan pengangguran kita,” tandasnya. (dpi)